Lihat ke Halaman Asli

Tumis Kangkung Masakan Ibu

Diperbarui: 20 Juli 2024   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Dini hari, di sebuah desa kecil di pinggiran kota, terdapat sebuah rumah tua yang tampak terabaikan. Rumah itu milik seorang janda bernama Bu Siti dan anaknya, Rani. Bu Siti adalah seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya. Meski hidup mereka serba kekurangan, Bu Siti selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Rani. Salah satu cara Bu Siti menunjukkan kasih sayangnya adalah dengan membuat tumis kangkung kesukaan Rani setiap kali mereka makan malam bersama.

Namun, sejak Bu Siti meninggal setahun yang lalu karena penyakit, Rani merasa kesepian. Meskipun begitu, setiap kali ia merindukan ibunya, Rani akan memasak tumis kangkung sendiri, mengenang saat-saat indah bersama Bu Siti.

Suatu malam, ketika Rani sedang tidur, ia terbangun oleh suara berisik dari dapur. Suara itu terdengar seperti seseorang sedang menggoreng sesuatu. Rani merasa bingung dan sedikit takut. Dengan hati-hati, ia turun dari tempat tidur dan berjalan menuju dapur. Ketika sampai di sana, ia tidak menemukan apa-apa, hanya keheningan yang mencekam. Rani menggelengkan kepala dan kembali ke kamar, mencoba untuk tidur lagi.

Namun, malam berikutnya, suara berisik itu kembali terdengar. Kali ini, Rani memberanikan diri untuk mengecek lebih lanjut. Saat ia membuka pintu dapur, bau harum tumis kangkung yang familiar langsung menyeruak ke hidungnya. Di atas kompor, terlihat wajan yang sedang digunakan untuk memasak tumis kangkung, namun tidak ada siapa pun di sana.

Rani merasa bingung dan sedikit takut, tapi bau masakan itu mengingatkannya pada ibunya. Dengan hati yang berdebar, Rani mematikan kompor dan memutuskan untuk memakan tumis kangkung itu. Rasanya persis seperti yang dimasak oleh Bu Siti. Air mata mulai mengalir di pipi Rani. Ia merasa seolah-olah ibunya masih ada di dekatnya, menunjukkan kasih sayangnya melalui masakan itu.

Keesokan harinya, Rani menceritakan kejadian aneh itu kepada sahabatnya, Siska. Siska adalah seorang yang percaya pada hal-hal mistis dan supranatural. Ia menyarankan agar Rani mencoba berkomunikasi dengan arwah ibunya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Malam berikutnya, Rani menyiapkan meja dengan piring dan mangkuk, lalu duduk di dapur sambil memegang foto ibunya. Ia memejamkan mata dan berdoa, meminta ibunya untuk memberi tanda jika benar-benar ada di sana.

Tidak lama setelah itu, udara di dapur terasa dingin. Suara berisik kembali terdengar, dan tiba-tiba wajan di atas kompor bergerak sendiri, mulai menggoreng kangkung. Rani melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana bahan-bahan tumis kangkung itu bergerak seolah-olah ada tangan tak terlihat yang sedang memasak.

Dengan suara gemetar, Rani berkata, "Ibu, jika ini benar Ibu, berikan aku tanda. Kenapa Ibu masih di sini?"

Wajan berhenti bergerak dan suasana hening sejenak. Tiba-tiba, suara lembut namun jelas terdengar di telinga Rani, "Nak, Ibu masih di sini karena ingin memastikan kamu baik-baik saja. Ibu tahu kamu merindukan tumis kangkung Ibu, jadi Ibu membuatkannya untukmu."

Rani menangis tersedu-sedu, "Ibu, aku merindukanmu setiap hari. Tapi Ibu harus pergi ke tempat yang lebih tenang. Aku akan baik-baik saja, Ibu."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline