Lihat ke Halaman Asli

Diantara Deburan Ombak

Diperbarui: 17 Juli 2024   07:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

id.pngtree.com

Malam itu, pantai terlihat lebih gelap dari biasanya. Langit diselimuti awan tebal, dan hanya kilatan petir yang sesekali menyinari lautan yang bergejolak. Di pantai itu, ada sebuah batu besar yang selalu menjadi tempatku merenung. Di sanalah, diantara deburan ombak yang menerpa karang, kuuraikan cintaku yang kau tolak.

Namaku Aris. Sudah berbulan-bulan sejak Nadya, gadis yang kucintai, menolak perasaanku. Namun, setiap kali aku mencoba melupakannya, bayangannya justru semakin membekas. Aku selalu datang ke pantai ini, berharap ombak bisa menghapus rasa sakit yang menghantuiku.

Suatu malam yang berangin, ketika bulan terselimuti kegelapan, aku mendengar suara aneh di tengah gemuruh ombak. Suara yang seperti memanggil namaku. Dengan rasa penasaran bercampur takut, aku mengikuti suara itu yang seakan membawaku ke arah tebing di ujung pantai. Tebing itu terkenal angker, konon katanya banyak orang yang pernah melihat penampakan di sana.

Aku tetap melangkah meski bulu kuduk merinding. Ketika sampai di ujung tebing, aku melihat sosok perempuan berdiri di sana. Rambutnya panjang terurai, bajunya berwarna putih, dan wajahnya samar terlihat dalam gelap. Jantungku berdegup kencang saat menyadari itu adalah Nadya. Tapi bagaimana mungkin? Nadya tidak mungkin ada di sini.

"Nadya?" panggilku dengan suara bergetar.

Sosok itu menoleh perlahan. Senyumnya terlihat dingin, matanya kosong menatapku. Dia memanggilku dengan suara yang aneh, seperti bukan suara manusia. Aku mundur selangkah, namun sesuatu dalam diriku memaksaku tetap di tempat.

"Kau ingin cintaku, Aris?" tanya Nadya dengan suara serak.

Aku mengangguk tanpa bisa berkata apa-apa. Dalam hatiku, perasaan takut dan rindu bercampur aduk. Kemudian dia melangkah mendekat, semakin dekat hingga aku bisa merasakan dingin tubuhnya. 

"Tapi kau tahu, Aris, cinta itu bukan untukmu," katanya sambil tersenyum miring.

Tiba-tiba, dari arah belakang Nadya, muncul sosok-sosok bayangan lain. Mereka bergerak perlahan, mendekat dengan langkah yang tenang namun menakutkan. Wajah mereka pucat, matanya kosong. Aku mencoba berteriak, tapi suaraku seolah tersangkut di tenggorokan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline