Lihat ke Halaman Asli

Kutukan mbah Parni

Diperbarui: 17 Juli 2024   00:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi hantu. (Pexels) 

Desa Kedungwuni dikenal sebagai desa yang tenteram dan damai. Namun, di balik ketenangan itu, tersembunyi cerita horor tentang kutukan Mbah Parni, seorang dukun sakti yang pernah tinggal di desa itu. Kisah ini menjadi legenda yang dituturkan turun-temurun, dan tak seorang pun berani meragukan kebenarannya.

Mbah Parni adalah wanita tua dengan rambut putih panjang dan mata yang memancarkan kebijaksanaan sekaligus kengerian. Dia dikenal memiliki ilmu hitam yang sangat kuat, namun menggunakan kekuatannya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Sayangnya, kebaikan itu tidak selalu dibalas dengan penghormatan.

Suatu hari, putra kepala desa, Joko, yang terkenal sombong dan arogan, menghina dan merendahkan Mbah Parni di hadapan warga desa. Joko menuduh Mbah Parni sebagai penyihir jahat yang harus diusir dari desa. Mbah Parni hanya tersenyum dingin dan berkata, "Kamu akan menyesal, Nak. Kutukan ini akan menimpa siapa saja yang tidak menghormati leluhur dan para penolong."

Tak lama setelah kejadian itu, Mbah Parni meninggal dunia dalam kesendirian. Kematian Mbah Parni yang misterius membuat banyak orang bertanya-tanya. Sebagian orang percaya bahwa dia mengutuk desa ini dengan napas terakhirnya. Namun, banyak juga yang merasa lega dengan kepergiannya.

Malam setelah pemakaman Mbah Parni, kejadian aneh mulai terjadi. Hawa dingin menyelimuti desa, angin berbisik pelan seolah membawa pesan dari dunia lain. Joko yang masih merasa sombong mengabaikan semua peringatan dan tetap beraktivitas seperti biasa. Tapi, suatu malam, saat Joko pulang dari pesta di rumah temannya, dia merasa ada yang mengikutinya.

Joko merasa ketakutan, tapi dia tetap berjalan cepat menuju rumahnya. Ketika dia sampai di pintu, bayangan hitam besar muncul di depannya. Wajah bayangan itu mirip dengan Mbah Parni. "Kamu tidak menghormati leluhurmu," suara itu bergema, membuat Joko gemetar ketakutan. Dia mencoba berlari, tetapi kakinya terasa berat seperti tertancap di tanah.

Selama beberapa minggu, Joko terus diganggu oleh penampakan dan suara-suara aneh. Setiap malam, dia bermimpi buruk tentang Mbah Parni yang datang untuk menagih balas dendam. Tubuhnya menjadi kurus dan matanya cekung karena kurang tidur. Warga desa mulai berbisik-bisik dan menghindarinya.

Suatu malam, Joko mengumpulkan keberanian dan pergi ke makam Mbah Parni. Dengan hati yang berat, dia membawa sesaji dan berdoa meminta maaf. "Mbah Parni, maafkan saya. Saya tidak tahu apa yang saya lakukan. Tolong hentikan kutukan ini," katanya sambil menangis.

Saat Joko selesai berdoa, angin kencang bertiup dan api dari lilin yang dibawanya padam seketika. Suara tawa lembut terdengar di telinganya, namun kali ini bukan tawa mengerikan. "Kutukan ini bukan hanya untukmu, Joko. Ini adalah peringatan bagi seluruh desa. Hargai dan hormatilah leluhur dan penolongmu," suara itu berkata sebelum hilang bersama angin.

Setelah kejadian itu, Joko merasa lega. Penampakan Mbah Parni berhenti dan mimpinya kembali normal. Namun, peringatan itu tertanam dalam dirinya. Dia mulai menghormati orang tua dan membantu sesama dengan tulus. Warga desa melihat perubahan Joko dan mulai mengikuti jejaknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline