Aku selalu teringat kisah-kisah menyeramkan yang diceritakan kakekku saat aku masih kecil. Beliau sering bercerita tentang bagaimana ia mendapatkan kesaktian dari seorang jin yang menakutkan. Saat kecil, aku tak pernah memikirkan itu serius. Namun, seiring berjalannya waktu, aku mulai merasakan keanehan dalam keluargaku, terutama sejak kakek meninggal.
Kakek adalah seorang yang disegani di desa kami. Banyak orang datang kepadanya untuk meminta pertolongan. Kakek selalu punya cara untuk membantu mereka, entah itu dengan mengusir makhluk halus atau menyembuhkan penyakit. Aku selalu berpikir itu hanyalah kebetulan, sampai suatu hari aku menemukan sebuah kitab kuno di kamarnya.
Kitab itu ditulis dalam bahasa yang tak aku mengerti, tapi beberapa halaman tersisa menjelaskan tentang ritual-ritual kuno dan perjanjian dengan jin. Aku tidak berani membacanya lebih lanjut dan memutuskan untuk menyimpan kitab itu di lemari tua.
Sejak saat itu, mimpi buruk mulai datang menghantuiku setiap malam. Aku sering melihat bayangan gelap di sudut kamar dan mendengar bisikan-bisikan yang membuat bulu kuduk merinding. Mimpi itu selalu sama: kakekku berdiri di tengah lingkaran api, berbicara dalam bahasa aneh dengan makhluk besar berwarna hitam.
Suatu malam, aku terbangun karena mendengar suara gaduh dari dapur. Dengan langkah gemetar, aku turun dan melihat panci dan wajan berterbangan, seakan ada kekuatan tak terlihat yang mengendalikan mereka. Saat itu, aku tahu bahwa ada sesuatu yang tak beres.
Aku mencoba mencari jawaban dengan membaca lebih dalam kitab yang kutemukan. Dalam salah satu halaman, tertulis bahwa kesaktian kakekku berasal dari perjanjian dengan jin. Kesaktian itu diturunkan ke keturunannya, tapi dengan harga yang mahal: kebebasan jiwa mereka.
Aku mulai merasa takut dan putus asa. Aku tak ingin hidup di bawah bayang-bayang kekuatan jahat yang mengancam keselamatanku. Aku memutuskan untuk mencari bantuan.
Di desa sebelah, ada seorang dukun tua yang terkenal bisa berkomunikasi dengan makhluk gaib. Aku pergi ke rumahnya dan menceritakan semuanya. Dengan tatapan serius, dukun itu memberitahuku bahwa aku harus memutus perjanjian tersebut dengan melakukan ritual pembebasan di malam purnama berikutnya.
Hari yang ditunggu pun tiba. Dengan rasa takut bercampur harap, aku mengikuti semua instruksi dukun itu. Di tengah malam, aku berdiri di depan makam kakek, membawa kitab kuno dan beberapa benda yang diperlukan untuk ritual.
Suara angin malam yang menderu-deru menambah kesan seram. Aku mulai membaca mantra dari kitab dengan hati-hati. Tiba-tiba, bayangan hitam besar muncul di depanku, seperti yang sering kulihat dalam mimpi. Makhluk itu menatapku dengan mata merah menyala, penuh kebencian.