Lihat ke Halaman Asli

Kearifan Lokal Kita: Tradisi Sekatenan

Diperbarui: 24 Juni 2024   20:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.jogjaland.net/mengenal-lebih-dekat-tentang-sejarah-sekaten/

Asal Usul Tradisi Sekatenan

Tradisi Sekatenan adalah salah satu upacara adat yang telah berlangsung lama di Indonesia, khususnya di wilayah Yogyakarta dan Surakarta. Tradisi ini biasanya diadakan setiap tahun pada bulan Maulid (Rabiul Awal) dalam kalender Islam untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sekatenan bukan hanya sekadar perayaan agama, tetapi juga menjadi bagian dari kekayaan budaya Jawa yang mengandung berbagai unsur spiritual, sosial, dan budaya. Dalam uraian berikut, kita akan membahas secara rinci asal usul, sejarah, dan makna dari tradisi Sekatenan.

Latar Belakang Sejarah

Asal usul tradisi Sekatenan dapat ditelusuri kembali ke masa Kerajaan Demak pada abad ke-15. Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa yang berdiri sekitar tahun 1475. Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak, adalah seorang pangeran dari Majapahit yang memeluk agama Islam dan berupaya menyebarkan agama Islam di wilayah Jawa.

Dalam upaya untuk mengintegrasikan ajaran Islam dengan budaya lokal, para Wali Songo (sembilan wali) memainkan peran penting. Mereka adalah tokoh-tokoh sufi yang memiliki pengaruh besar dalam menyebarkan Islam di Jawa. Salah satu cara yang mereka gunakan adalah melalui pendekatan budaya, termasuk seni dan musik tradisional. Sunan Kalijaga, salah satu dari Wali Songo, dikenal sebagai inovator dalam hal ini. Ia memanfaatkan gamelan, alat musik tradisional Jawa, sebagai sarana dakwah.

Makna Kata "Sekaten"

Kata "Sekaten" sendiri berasal dari kata "Syahadatain" yang berarti dua kalimat syahadat dalam Islam: "Ashhadu alla ilaha illallah wa ashhadu anna Muhammadar rasulullah" (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah). Tradisi ini dirancang untuk menarik masyarakat agar datang dan mendengarkan ajaran Islam. Dengan cara ini, banyak orang yang tertarik dengan musik gamelan dan akhirnya memeluk agama Islam setelah mendengarkan pengajian dan syahadat yang disampaikan dalam rangkaian acara Sekaten.

Pelaksanaan Sekaten

Pelaksanaan Sekaten dimulai dengan pemindahan gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Nagawilaga dari Keraton ke Masjid Agung. Prosesi ini disebut "Grebeg Maulud" dan biasanya diiringi dengan berbagai atraksi budaya, seperti arak-arakan prajurit Keraton yang mengenakan pakaian tradisional.

Setelah gamelan sampai di Masjid Agung, alat musik ini akan dimainkan selama tujuh hari berturut-turut. Masyarakat dari berbagai penjuru datang untuk menikmati pertunjukan gamelan, mendengarkan ceramah agama, serta mengikuti berbagai kegiatan sosial dan budaya lainnya. Puncak acara Sekaten adalah pada malam ke-7, di mana diadakan acara khusus berupa pengajian dan doa bersama untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline