Lihat ke Halaman Asli

Tujuan Hidup Yang Terlupakan

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika mentari tanpa malu malu menampakan sinarannya diujung langit yang begitu biru  namun diujung sana nan jauh terlihat kabut dari arah pandang ku.

Kopi dalam gelas hanya baru setenggah terteguk seiring ingatan bergumul menjadi sekuntum memory kenangan yang terlupakan akan indahnya, sejenak ku ingat awal mula kita jumpa cukup sederhana tak ada istimewanya, dan yang membuat semua menjadi istimewa adalah cinta, perasaan yang dibendung rindu.

Ya kita sama sama jatuh cinta, cinta pun berlanjut dalam hari yang kita lewati kadang ada bimbang resah dangalau menghantui mu, rasa takut akan kehilang telah terbenam dibenak mu yang akhirnya kini kita telah kehilangan.

Manisku, diantara ombak yang memutih dipecahkan dibibir pantai diantara tebing tebing bisu kita mengukir janji untuk terus selalu bersama, sampai kini ku tergiang akan kata manis mu tak kan meninggalkan cinta ini dalam kondisi apapun.

Manisku, kita telah melupakan tujuan hidup kita hanya dengan hal hal sepele, berkutik pada yang semu, atau kau jemu akan janji janjiku yang belum tertepati diantara hari tua kita.

Manisku, masih ada cinta ini untuk mu, dan aku tahu kau juga masih merindukannya, jika saja kita tepis kan ego, mari kita melangkah untuk tumpuan masa depan, sebuah goresan pena tak kan mampan kau baca karna hanya menyisakan air mata mu diujung manis bibir mu.

Salam sayang penuh cinta Slalu

Nasruddin Oos

Ulee Kareng, 19 Juli 2011




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline