Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Kecupan

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senja datang dalam senyuman seorang perempuan berkerudung putih, langkah kakinya pelan tapi pasti mengintai sudut sudut waktu dalam sabarnya yang ikhlas.


Diujung lorong aku berpas pasannya teduh wajahnya dalam kecantikan yang terbungkus mukena ditangan lembut tertenteng selembar sajadah merah hati bergambar mesjid.


Hampir tiap waktu beralaskan itu dia duduk sambil berdo'a pada yang maha kuasa semoga orang dicintainya dapat kembali menjadikannya yang halal.


Ego yang masih tersisa hingga dipenghujung waktu perpisahan, ya kita telah lama diam diantara yang terdiami, hingga kita menyadari tak ada jalan menuju pulang diantara hati yang pergi.


Langkah perempuan itu memasuki area mesjid, waktu ibadah yang disia siakan seperti menyiakan cinta dimusim kemarau, lembut suara mu dan kebaikan mu selalu menghantui setiap langkah. Ku rindukan kecupan manis darimu seperti dikala hujan waktu itu kau mengecup tanganku setelah mengimamimu dalam shalat magrib yang kita tunaikan.


Salam sayang penuh cinta slalu.


Nasruddin oos


sikabu, 28 Juni 2011




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline