Lihat ke Halaman Asli

Mendesah tentang Sebuah Prinsip Hidup

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perlahan lahan mata terbuka dari lelap tidur sore hari, sorotan cahaya lampu yang dihidupan oleh seorang teman yang memang sengaja mengusik karna dia butuh teman tuk sekedar ngopi.Ngopi kita bang, dah lama pun kita ngak ngopi, ya sebenarnya rindu akan kopi solong, emang dimana kita akan ngopi, di ogek aja bang, oke sip, ku basah badan dulu dengan air tuk penyengaran setelah lelah terkejar dalam mimpi.

Sepeda motornya terlah dihidupkan petanda siap melaju ketempat target, setelah mengenakan pakaian dan memakai beberapa hal tuk perawatan tubuh (hehehe, lebay dech). Tempat tuk ngopi telah pun sampai hanya berkisar sekitar 3 menit. Ogek kopi pancoeng dua beh, ucapkan kawan ku, ku sebut saja namanya Akri.

Banyak hal yang kami perbincangkan dari mulai ketika kami masih sama-sama di Banda Aceh dulu hingga sampai waktu yang melerai hingga kesibukan sangat jauh berbeda. Politik, kerjaa, asmara adalah objek pembicaraan sore itu, tak banyak yang dapat kami ulas selai dari sebuah prinsip yang terlupakan ketika pembicaraan kami sudah mengarah kelingkungan.

Dan ku katakana pada Akri, bahwa kau riang bahagia dan gembira hanya pada dua hal ku lihat dari mu, tanpa beban lepas tanpa ember-ember atau objek lainnya, ya pertama ketika kau membuat korp alumni dan ketika kau berbicara tentang program lingkungan yang akan kau lakukan di ibu kota kabupaten kita bernaung.

Itulah hal paling mengembirakan kau ceritakan pada ku tentang ekpresimu, sehingga aku melihat seakan libido mu memuncat dikala kau ungkapkan program itu. Lalu bagaimana kini??.

Bang sebenarnya, yang ku lakukan ini semua itu bukan aku, hanya saja aku orang suka akan kesibukkan. Wajar dan lumrah itu kau katakan, tapi janganlah kau jadikan semua itu sebuah pelarian untuk kesibukan atau tak ingin dicap bahwa kau tak lagi punya kerjaan. Salut jika kau berhasil dari hal itu yang tidak kau anggap pelarian.

Dia terdiam dengan wajah memerah dan mendesah tentang kepribadian yang runtuhkan akan pondasi prinsip hidup yang lama dia bangun dan diruntuhnya sendiri. Sesekali Hp nyan berdering panggilan masuk dari kekasih tercintanya, ini lagi bersama bang Inas masih ngopi, dia berceloteh pada perempuan cantik yang diseberang telpon sana. Ogek tamah loem kopi saboeh, the seutenggoeh panas saboh, leupek na meu abeh nam boeh ka. Perbicangan terus berlanjut tentang sebuah prinsip hidup. Dan ku katakana pada biarkan aku begini tanpa harus menyerah pada kemunafikan, yang pasti aku tak akan mengambil mawar ditebing itu karna aku jatuh lalu mati. Ku yakin tentang apa yang ku lakukan hari ini ada tentang apa yang telah ku rancang beberapa tahun lalu. Sama seperti yang telah kau rancang beberapa bulan atau beberapa tahun lalu wahai Akri. Maaf aku tidak memutar balikkan otak mu untuk mengingat tentang apa yang pernah kita bicarakan dibawah pohon mangg di simpang jambo tapee jam 12 malam itu.

Akri, jadilah dirimu sendiri, tanpa harus menjadi bayag bayang orang lain. Salam moga kau sukses.

Salam sayang penuh cinta

Nasruddin oos

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline