Lihat ke Halaman Asli

Surat Cinta buat Ayah dan Mak

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ntah apa yang ku tulis dalam lembaran ini, ketika malam beranjak sepi, mengajak ku bercengkrama dinginya belantara walau tanpa hujan salju karna hujan air saja cukup membuat aku kedinginan merasuki jiwa yang berilusi tanpa bias dan bermajas dalam manic manic kata mengalir demikian adanya.

Aku anak pertama dari lima bersaudara, terlahir sebagai harapan pertama dalam keluarga pasangan Muhammad Djalil dan Dasmi, tepatnya pada tanggal 22 Juni 1982 lalu disebuah Gampong, dulunya dikatakan desa tetapi kini nama Gampong telah disahkan dalam Qanun Mukim. Gampong pada sikabu yang berada dalam kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya semenjak 2002 kalau sebelumnya Kabupaten Aceh Selatan sebelum pemekaran disahkan dalam undang-undang.

Cemas dan bimbang ketika harapan keluarga belum terpenuhi, ketika pendapatan belum ada karena tidak memiliki pekerjaan tetap sebagai manusia bergaji yang tiap bulannya selalu gajian, hanya saja selalu memiliki aktivitas hari-hari, berbuat hal-hal kecil dalam lingkungan kecil diantara orang-orang yang berkehidupan social ekonominyakecil.

Untuk mu Ayah dan Mak ku persembahkan tulisan ini, mungkin saja sebagai ganti karya skripsi, ijazah perguruan belum ku dapati, sebagaimana harapan dikala pendaftaran diperguruan tinggi dimulai dan ospek yang ku ikuti, beranjak dari siru aku mulai kuliah,,,, (horeee aku jadi mahasiswa dikala itu santing senangnya). Perjalanan baru dimulai ketika berhasil meninggalkan status siswa dan meningkat status menjadi maha-siswa, banyak yang ku lakukan itu tidak diajar dalam ruang kuliah 4X4 meter itu. Banyak hal yang harus ku belajar, serta mencari pengalaman hidup memang harus ku dapatkan disana. Buktinya saja computer yang Ayah beli dari upah kerja yang Ayah lakukan selama 2 minggu cukup banyak manfaatnya dan cafaatnya, dan akupun tak butuh pengakuan dari orang lain tentang computer itu.

Dentuman hati dikala menjerit karna terjepit waktu yang kian cepat berlalu terkadang banyak terabai, tak selesai karena akibat kelalaian dan ketidaksadaran akan sebuah waktu berhubung Ayah dan Mak kembali menegur perlunya manajemen harus ku atur.

Dalam kedingan mala mini sangat kurasakan sentuhan kasih sayang penuh makna cinta yang semenjak tangisan pertama ku bergema dan tak kekurangan cinta dan kasih sayang itu. Tetapi kenapa aku juga belum mampu memberikan selembaran kertas paling untuk memperlihatkan keadialan yang masih ada dinegeri ini, hanya saja tak cukup untuk itu dan Ayah juga pernah membaca nama yang ditulis dalam Koran harian local itu tentang apa dan bagaimana anak mu dalam kehidupan, dan do'akan kembali biarlah anak mu tetap bersama mereka dalam berdampingan hidup. Walau tak banyak yang kulakukan bahkan itu hamper tidak ada, maka aku pun tidak kehilangan apa yang ada.

Ini ungkapan kata buat Ayah dan Mak kalau dulunya aku berkirim surat walau ujung-ujungnya aku minta duit tetapi 2 kali dalam sebulan aku selalu berkirim surat menumpahkan kerinduan ku pada Ayah dan Mak, menanyakan kabar lewat goresan tinta, diakhir kata selalu kutulis sembah sujud anak mu tersayang.

Salam

Nasruddin oos

Ulka, 13 April 2011




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline