Lihat ke Halaman Asli

Ina Purmini

ibu rumah tangga, bekerja sebagai pns

Tak Ada "Blue Fire", Edelweiss pun Bikin Jatuh Hati

Diperbarui: 15 Januari 2023   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kawah Gunung Ijen diambil pada Mei 2016.(Kompas.com/Ira Rachmawati)

Liburan akhir semester 1 sebenarnya waktu yang kurang enak buat jalan-jalan, sebab di bulan-bulan berakhiran ber yaitu September, Oktober, November, dan Desember bahkan sampai dengan awal tahun berikutnya biasanya musim hujan sedang tinggi-tingginya, cuaca sedang tidak baik-baik saja

Demikian pula dengan tahun ini, berita di televisi setiap hari mewartakan bencana. Banjir terjadi di mana-mana, laut dan pantai ombak sedang tinggi-tingginya, dataran tinggi dan gunung rawan longsor, aliran air sungai dan air terjun banjir bandang tiba-tiba karena hujan di hulu.

Banyak yang akhirnya mengurungkan niatnya pergi liburan dan cukup liburan di rumah saja atau staycation. Tapi tidak dengan keluarga kami, sebab kami sudah berencana liburan semester ini hendak ke Surabaya. 

Pertama menengok anak yang sedang kuliah di sana dan langsung berlibur dengan mendaki Gunung Ijen kemudian mengunjungi beberapa tempat wisata dan bersilaturahmi ke beberapa saudara di berbagai kota.

Karena cerita liburan kami cukup panjang, untuk kali ini saya akan bercerita di tujuan pertama yaitu mendaki gunung Ijen yang terletak di 2 Kabupaten yaitu Banyuwangi dan Bondowoso, dengan ketinggian 2.769 mdpl.

Tanggal 31 Desember 2022 kami berlima berangkat dari Surabaya sekitar pukul 08.00 WIB dengan tujuan sebuah penginapan di Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi. Meskipun letaknya di Banyuwangi tapi kami memilih lewat Bondowoso, sebab jika lewat Banyuwangi jarak tempuh semakin jauh.

Sampai penginapan sore hari dan malamnya kami manfaatkan untuk istirahat agar esok paginya stamina terjaga untuk mendaki gunung.

Namun karena di hotel tempat kami menginap ada acara tahun baruan dengan live music dan di tengah malam pergantian tahun ada kembang api, kami terbangun untuk melihat kembang api terlebih dahulu sebelum kembali melanjutkan istirahat.

Puncak Ijen| Dokumentasi pribadi

Awalnya saya agak ragu untuk mendaki gunung, sebab putri bungsu kami yang berusia 10 tahun baru pertama kali mendaki. Kalau anak pertama sempat ikut Mapala di kampusnya, dan anak kedua sudah cukup besar (sudah kuliah semester 1) sehingga meskipun belum pernah mendaki gunung, rasanya cukup kuat untuk tracking sampai puncak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline