Berhaji merupakan salah satu rukun Islam yang harus dilaksanakan umat Islam, setelah syahadat, sholat, puasa dan zakat. Berhaji wajib dilaksanakan bagi umat Islam yang mampu.
Mampu di sini baik mampu secara jiwa dan raga yaitu sehat jasmani dan rohani dan juga mampu secara finansial, sebab untuk melaksanakan ibadah haji memang dibutuhkan biaya yang cukup mahal yaitu sekitar 35 juta rupiah untuk musim haji tahun 2019 dan 2020 sekarang ini.
Saya pribadi punya target : harus dapat melaksanakan ibadah haji sebelum usia 50 tahun! Saya banyak mendengar cerita teman-teman yang sudah berhaji, menyarankan sebaiknya berhaji jangan menunggu pensiun.
Sebab saat sudah pensiun, tenaga kita 'kurang kuat' (meski tergantung kondisi personal masing-masing) mengingat ibadah haji membutuhkan fisik yang sehat bugar dan stamina yang kuat.
Rangkaian ibadah haji seperti thawaf, sa'i, wukuf di Arafah, lempar jumroh di Mina, bahkan pulang pergi dari hotel ke Masjidil Haram/Masjid Nabawi setiap hari membutuhkan energi yang cukup tinggi, membutuhkan fisik yang prima.
Cita-cita tersebut (berhaji sebelum usia 50 tahun) bisa jadi cukup muluk jika dilihat penghasilan saya sebagai PNS golongan III dan suami saya yang karyawan biasa sebuah perusahaan swasta.
Penghasilan kami rasanya pas-pasan, artinya pendapatan dan belanja sungguh (kami buat) imbang. Sebenarnya kebutuhan rutin bulanan rumah tangga dengan 3 orang anak sekolah, berbagai kebutuhan belanja bulanan, cicilan rumah, biaya asisten rumah tangga dan lain-lain membuat kami sulit 'bergerak".
Namun karena keinginan yang begitu besar, membuat saya harus kuat menahan segala godaan, dan saya harus bisa menyisihkan terlebih dahulu sebagian pendapatan saya untuk ditabung!
Godaan apa saja yang saya hadapi ? Diantaranya adalah :
Saat teman-teman membeli mobil baru dari dealer (rata-rata mereka menyicil) saya lebih memilih membeli mobil second, toh manfaatnya sama yang penting bisa dipakai mudik, jalan-jalan tidak kehujanan tidak kepanasan dan tidak mogok.