Lihat ke Halaman Asli

Inayatun Najikah

Penulis Lepas, Pecinta Buku

Belajar Ikhlas Denganmu

Diperbarui: 10 Juli 2024   16:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi 

Kehadiran dirimu dalam hidup saya tentu sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Saya dan kamu juga pasti tak menyangka bahwa kisah kita masih berjalan sampai sekarang. Bahkan meski keadaan kita telah berbeda kau masih dengan setia ingin menjalani kisah ini. Antara percaya dan tidak, itu yang selalu saya rasakan. Benarkah kau memang benar-benar mencintai saya?

Saya tahu tidak ada yang kebetulan didunia ini. Begitu juga perjalanan cinta kita. Bersamamu saya dipaksa untuk belajar tentang keikhlasan. Menahan dari segala rasa ingin diakui oleh manusia. Dituntut untuk mempercayai sebuah rasa, dan senantiasa menyelaraskan hati dan logika. Terkadang saya merasa lelah dan putus asa. Namun setelah mengingat semua, nyatanya sampai detik ini saya mampu melewatinya. 

Proses penempaan diri ini begitu berat. Bahkan setiap malam dan setiap saya berpasrah tunduk kepada Tuhan, air mata selalu mengalir begitu deras. Sesenggukan lalu kemudian menjadi tenang. Proses ini akan terus saya lewati sampai Tuhan akhirnya memberi saya sebuah kebahagiaan yang hakiki. 

Sayang, jujur saja dua kali ini saya merasa nyeri dihati ketika kamu dan orang lain berbincang tentangnya. Entah ini merupakan sikap atas rasa cemburu, atau justru malah sikap menyalahkan diri tentang apa yang kita jalani. Saya sedang belajar untuk tidak menampilkannya. Saya berusaha menjaga kesedihan yang ada dalam dada ini untuk tak terpancarkan pada wajah. Saya belajar mengikuti apa yang disampaikan mba Sara. Bagaimanapun remuk dan hancurnya hatimu jangan sampai orang lain tahu melalui wajah yang engkau tampilkan. 

Cukup Tuhan yang tahu tentang bagaimana perasaan dan cinta kasih saya terhadapmu. Saya juga belajar untuk mengubah mindset tentang hidup yang sederhana. Melihat dari sisi yang tak banyak orang lain tahu. 

Meski saya belum mampu mengendalikan rasa sakit ketika kamu tengah membicarakannya, tetapi saya akan berusaha untuk tidak membuat kamu khawatir akan kondisi saya. Saya akan tetap baik-baik saja selama kamu tidak mengingkari apa yang telah menjadi kesepakatan kita. Doa dan cinta saya terhadapmu masih menjadi hal teromantis yang saya perbincangkan dengan Tuhan. Saya sebagai hamba hanya mampu mengupayakan, soal hasil biarlah Tuhan yang mengaturnya. Saya mencintaimu. Terimakasih untuk segalanya. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline