Banyaknya ujian yang diberikan kepada saya entah tentang asmara atau keluarga dan sebagainya, kini membuat saya disadarkan kembali betapa pentingnya sebuah pembelajaran. Bahwa semua yang saya terima saat ini hanyalah titipan. Baik berupa barang, perasaan, atau lainnya. Jadi tak perlu mati-matian untuk mempertahankannya.
Benar kata mas Aji Santoso. Kita hidup pada masa kini bukan kemarin atau yang akan datang. Kemarin sudah menjadi masa lalu dan yang akan datang masih belum terjadi. Masa kini adalah yang perlu kita usahakan semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik. Tanpa terbatas pada hal tertentu. Dan utamanya adalah bahagia yang disadari.
Perihal asmara saya dengan kekasih, saya pelan-pelan belajar menerima. Saya sadar ternyata selama ini rasa sakit hati dan fikiran negatif datangnya dari saya sendiri. Logika saya masih terus ingin mencari kebenaran. Tanpa bertanya pada hati yang merasakan. Iya ternyata pola seperti itu salah.
Dan saya salah telah berusaha dengan sangat keras untuk menyamakan apa yang saya anggap benar dengan keyakinan kekasih saya terhadap pandangan tentang cinta.
Perjalanan kemarin saya menyadari bahwa untuk saat ini kekasih saya belum ingin meninggalkan hubungan kami. Terbukti setelah beberapa saat saya mendiamkannya, ia hanya bisa diam dan merajuk sampai kapan saya akan mendiamkan nya.
Tapi saya juga tak rabu pasti apakah itu benar atau hanya perasaan saya saja. Bahkan sebelum perjalanan ini terjadi, perselisihan pun sering kami terima. Namun, entah karena semesta dan Tuhan masih mengizinkan kami untuk bersama, sehingga perasaan dan cinta ini malah semakin menguat dihati kami masing-masing.
Dan perselisihan itu terjadi adalah karena saya. Saya yang terlalu berfikiran negatif tentangnya. Saya yang selalu menuntutnya untuk menepati janji. Seharusnya saya bisa menerima ketika dirinya mengingkari janji-janjinya. Bukan malah kecewa dan sedih. Saya sebaiknya mengikuti dan setuju akan pemikiran Nagita Slavina tentang pandangannya memaknai sebuah hubungan.
Tidak terlalu memikirkan apa yang dilakukan pasangan terhadap kita. Mau dia melanggar janjinya, atau mau berbuat apa saja, bebaskan. Karena jika terlalu difikirkan, maka yang rugi adalah kita.
Kita yang marah-marah tak jelas, dan justru menambah ke-negatif-an fikiran kita. Jalani dan nikmati. Selama kita telah berusaha memberi yang terbaik, maka itu sudah cukup. Tentang bagaimana timbal baliknya kepada kita, itu diluar kuasa kita.
Sayang, maafkan saya jika terlalu banyak menuntut dirimu ini dan itu. Selalu memintamu untuk menjadi kekasih yang saya idealkan. Tanpa mau menerima dirimu seutuhnya. Keadaanmu, keluargamu, dan segalanya tentangmu. Maafkan saya sayang. Dan saya belajar untuk selalu mencintai dirimu apa adanya.