Lihat ke Halaman Asli

Inayatun Najikah

Penulis Lepas, Pecinta Buku

Cinta Kasih

Diperbarui: 26 Juni 2024   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Facebook/kitchendecoration

Pagi tadi rasanya begitu berat bagi tubuh saya untuk melakukan banyak aktivitas. Barangkali sebab beberapa hari terakhir yang banyak mengeluarkan tenaga maupun fikiran. Saya lelah. Bukan hanya fisik tapi juga perasaan. Tenaga yang terkuras untuk menyiapkan ini dan itu untuk menciptakan sebuah kenangan dan memori yang akan diingat sampai kapanpun.

Saya juga kekasih dan teman-teman saling bekerja mendukung mengisi lini pekerjaan tersebut. Yang kurang kita tambal dan saling memberikan energi positif. Kami percaya dengan kekuatan energi positif ini dapat memperlancar serta membantu penyelesaian pekerjaan dengan maksimal. Akhirnya hari yang kami nantikan telah tiba. Dan kami cukup puas dengan hasilnya. Kerja sistem kebut dengan nama yang kami deklarasikan sebagai tim Bandung Bondowoso. 

Disisi lain, seiring berjalannya waktu perasaan saya kian terolah dan peka terhadap sekitar. Salah satu kepekaan yang hingga saat ini saya percaya adalah ketika kekasih saya sedang atau ada sesuatu yang menyerangnya, maka perasaan saya menjadi was-was. Dan ketika hal itu terjadi, saya pasti akan berubah menjadi perempuan yang banyak tanya serta cerewetnya minta ampun. Saya begitu khawatir dengan kondisi kekasih saya. Meski pada kenyataannya saat dia jauh dari saya, telah memiliki seseorang yang merawatnya dengan penuh cinta kasih. 

Ketika pada fase seperti ini, saya hanya bisa berdoa. Berharap kekasih saya senantiasa dilindungi dan dilimpahi kebahagiaan oleh Tuhan. Saya tak bisa merawatnya, tetapi saya masih bisa mendoakan dirinya. Cinta kasih ini saya lakukan dalam wujud kepasrahan pada Tuhan. Dan saat rasa khawatir ini tak diindahkan olehnya, maka jurus yang selalu saya keluarkan adalah permintaan untuk berpisah. 

Sayang, bukan berarti ketika saya meminta berpisah berkali-kali itu karena tidak mencintaimu. Salah. Saya memintanya karena saya merasa tak bisa memahami dirimu. Saya tak bisa memahami keinginanmu, dsb. Karena selama ini saya lah yang sering memaksa dirimu untuk melakukan segala sesuatunya kan. Kamu laki-laki baik yang selalu berusaha hadir untuk orang yang kamu cintai. Tetapi saya malah tak bisa memahami. Maafkan saya. Daripada saya selalu memaksamu untuk ini dan itu, saya lebih baik meminta untuk mengakhiri. 

Meski begitu saya akan selalu berusaha menjadi kekasih yang baik untukmu. Waktu yang mungkin hanya sementara ini akan saya nikmati bersama dirimu sebelum nantinya kau memutuskan untuk kembali dan meninggalkan saya sebagai orang asing selayaknya awal kita bertemu. Dengan cinta kasih yang dititipkan oleh Tuhan kepada saya untuk dirimu, saya akan menjaga dan merawatnya. Seperti yang selalu kamu sampaikan. Kita berjalan mengikuti semesta. Kemanapun cinta kita akan diarahkan. 

Terimakasih untuk segala yang telah kita lewati bersama sayang. Lika liku dalam dunia pekerjaan maupun dalam perjalanan cinta kita  ternyata semakin menguatkan cinta kasih diantara kita. Keinginan untuk terus bersama dan takut kehilangan satu sama lainnya. Jika saya diperbolehkan meminta lagi pada Tuhan, saya ingin dipersatukan denganmu dalam bingkai kebaikan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline