Lihat ke Halaman Asli

Inayatun Najikah

Penulis Lepas, Pecinta Buku

Menemani Dirimu

Diperbarui: 5 Juni 2024   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Facebook/Dreamhome

Saya itu lelah menghadapi tingkah lakumu yang terus mengulangi kesalahan yang sama. Seakan kamu tak pernah mau belajar dari kesalahan sebelumnya. Atau memang begitu karaktermu yang sebenarnya. Atau karena saya hanya (dalam tanda kutip) sehingga mudah untuk kamu bohongi. Mengapa kamu bertingkah demikian sayang. Apakah kamu tak pernah menganggap keberadaan saya sebagai pasanganmu?

Hari ini sebenarnya saya ingin bertanya banyak hal sama kamu. Tapi sepertinya waktu tak mengizinkan kita untuk bercerita bersama. Meski begitu saya harap cerita tentang apa saja yang telah kau lalui akan sedikit demi sedikit kamu bagikan kepada saya.

Kau tahu sayang betapa tidak nyamannya jika kita mendengar hal berbeda dari orang lain dengan apa yang pernah kau ceritakan. Ingin rasanya saya membantah tetapi saya tahan karena mengingat posisi kita yang berbeda. Saya hanya memendamnya untuk kemudian bisa kita diskusikan perbedaan ini letaknya ada dimana.

Bagi saya pasangan adalah orang yang selalu menemani pasangan yang lain. Selalu menemani bukan berarti hadir secara fisik saja, namun juga lebih dari itu. Perhatiannya, bentuk cinta kasihnya dari sekadar bertanya ada cerita apa hari ini, dan sebagainya. Saya berusaha menjalani sebaik mungkin untuk menjadi kekasihmu. Bukan hadir ketika kamu sedang masa bahagia saja. Tapi apapun kondisimu saya ingin selalu membersamai. 

Sayang, semakin kesini tugas dan tanggungjawab kita itu semakin berat. Kamu dengan tanggungjawab yang semua orang tampaknya sudah bergantung kepadamu. Dan saya hanya ingin menemani membantumu menyelesaikan semuanya. Saya tahu masing-masing kita punya prinsip yang berbeda. Namun bukankah terkadang kita bisa berkesalingan tanpa harus menunggu kamu ada masalah terlebih dahulu untuk bercerita. 

Sayang, saya dan kamu bahkan kita semua punya masa lalu. Tetapi tak semua orang bisa berdamai dan menganggap apa yang sudah berlalu biarlah berlalu. Kita menjalani masa kini. Bukankah lebih baik kita memaksimalkan hari ini sayang. Dendam masa lalumu tak perlu dibawa hingga kini. Karena itu akan mempengaruhi masa depan. 

Saya tak akan pernah bosan mengingatkan dirimu untuk tidak terlalu terburu-buru dan harus selalu menjadi orang nomor satu atau yang terdepan. Kita berjalan sesuai apa adanya saja. Berjalan pelan asal sampai tujuan. Karena bagaimana pun semua pasti akan sampai. Nikmatilah masa-masa kini sayang. Mari kembali berkesalingan untuk menebar kebahagiaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline