Lihat ke Halaman Asli

Alifah Nurkhairina

Fresh Graduate

Review Film: (Remake) Gita Cinta dari SMA (2023)

Diperbarui: 13 Mei 2024   14:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Siapa yang tidak kenal dengan Galih dan Ratna. Kalau dunia punya Romeo Juliet, maka Indonesia punya Galih Ratna. Cinta yang abadi dan fenomena kisahnya. Kisah cinta dari karya Eddy D. Iskandar, Galih dan Ratna, betul-betul mengabadi hingga menginjak hampir setengah abad. Dituangkan dalam lagu dan bahkan dibuatkan film yang 'meledak' ditahun 80an dengan judul "Gita Cinta dari SMA" yang diperankan oleh Rano Karno dan Yessy Gusman.

Sejak beredarnya informasi bahwa film Gita Cinta dari SMA yang fenomena ini akan diremake, tentu banyak sekali yang menantikan dan tidak sabar untuk menyaksikan. Betapa tidak, film ini memiliki ikatan emosional bagi penikmatnya kala itu. 

Semua kalangan menantikan, mulai dari orangtua kita yang sejatinya ingin kembali bernostalgia dengan masa lalunya bahkan pada generasi Z saat ini yang penasaran bagaimana euforia para remaja 80an kala itu dalam menghadapi lika liku percintaan.

(Remake) Gita Cinta dari SMA 2023

Suasana tahun 80an.

Dalam film ini, kita disuguhkan dengan set lokasi yang dibuat semirip mungkin dengan kondisi kehidupan kala itu. Mulai dari suara radio, putaran kaset film dan juga lagu-lagu lawas. Betul-betul Bandung yang merupakan latar utama film ini, disulap menjadi Bandung tahun 80an.

Diawal film, lagu lawas milik Benny Soebardja yang berjudul 'Apatis' dipilih menjadi lagu pembuka dan menurut saya itu adalah keputusan yang sangat tepat. Lirik lagu yang penuh makna dan diiringi irama serta nada yang khas, bagiku, sangat berhasil membangun suasana 80an dalam film ini. Strategi yang baik dari sutradara Monty Tiwa untuk membawa penontonnya ikut serta bernostalgia dijaman itu.

Tidak hanya lagu 'apatis', film ini juga menyajikan beberapa lagu fenomenal Chrisye seperti Kidung, Wajah Ayu, Merpati Putih dan tentu saja lagu pamungkas yang menjadi soundtrack yaitu Gita Cinta. Untuk membuat film lebih 'segar', beberapa lagu dibuat juga remakenya oleh Segara dan tentu tidak kalah indahnya.

Selain yang sudah dijelaskan, demi membangun suasana tempo doeloe, film ini memilih penggunaan bahasa baku untuk semua aktorrnya. Hal ini tentu saja menjadi ciri khas dari bangsa Indonesia yang saat ini sudah jarang sekali kita jumpai penggunaannya dalam film-film Indonesia terkini. 

Penggunaan bahasa baku bisa menjadikan sebuah film menjadi karya indah. Bahasa yang mulai terlupakan oleh anak bangsa saat ini. 

Pemeran

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline