Dunia ini mulai kugeluti, sejak kelas 5 SD. Langkah awalku yaitu dengan memberanikan diri mendaftar di salah satu club badminton di daerahku. ICLI Gowata namanya. Buat yang ingin tau apa kepanjangan dari ICLI, silahkan bertanya dikolom komentar hehe. Selama kurang lebih dua tahun saya menghabiskan siangku di gedung olahraga Sungguminasa.
Gedung yang berseberangan dengan Lap. Syech Yusuf ini telah menambah kenangan-kenangan berkesan dalam perjalanan hidupku. Kuceritakan sedikit kisahku, awalnya saya tidak mengenal siapapun. Hanya modal nekat bersama adik saya dan juga modal niat yang bulat. Semangat menggebu-gebu, kamipun berani masuk kesana. Saya takjub karena banyak orang yang telah berlatih lebih dulu dan usianya jauh lebih muda dibandingkan dengan usiaku. Beberapa bulan kemudian, saya mulai akrab dengan mereka.
Setelah lelah latihan, kami tak langsung pulang. Biasanya kami menghabiskan sore dirumahku. Sambil ngerujak rencananya. Setelah melupakan dunia ini cukup lama, sayapun kembali mengaguminya. Saya melanjutkan hobby saya yang diwadahi oleh UKM Badminton Unhas. Saya kembali merasakan suasana latihan waktu dulu, namun tidak maksimal.
Aku pernah bermimpi tentang bagaimana rasanya memenangkan sebuah pertandingan dan mengalungi medali. Aku pernah berkhayal tentang bagaimana euforia naik diatas podium sambil memegang hadiah dan predikat sebagai juara.
Aku pernah berhasrat ingin melihat bendera Merah Putih berkibar indah melampaui bendera lainnya. Itu mungkin hanya mimpi yang sampai saat ini tak kunjung terealisasikan. Namun, jika hanya mengandalkan niat dan mimpi, kurasa sulit untuk terwujud. Usaha dan pengorbanan pun harus terlibat. Saya sudah memiliki niat dan mimpi, namun sayang, usaha dan pengorbanan masih jauh tertinggal dibelakang.
Saya sering berlatih, tapi tak maksimal. Saya sering berkorban, namun tak ada gunanya. Pernah suatu kali saya mengusahakan sebuah pengorbanan. tapi lagi-lagi saya harus menyerah. Bukan tak mampu, tapi karena tidak adanya dukungan dari keluarga. Saya terkadang merasa iri dengan teman-teman sehobby yang dengan mudahnya mengantongi izin dan restu dari orang tua.
Beda dengan saya. Saya harus menjelaskan kembali bahwa ini tidaklah seperti apa yang mereka bayangkan. Aku pernah bermimpi tentang bagaimana rasanya memenangkan sebuah pertandingan dan mengalungi medali.
Aku pernah berkhayal tentang bagaimana euforia naik diatas podium sambil memegang hadiah dan predikat sebagai juara. Aku pernah berhasrat ingin melihat bendera Merah Putih berkibar indah melampaui bendera lainnya lalu menangis sambil melihat haru wajah-wajah yang mendukungku dibangku penonton. Tapi itu mungkin hanya mimpi yang sampai saat ini tak kunjung terealisasikan. Mungkin, nanti. Biarlah penerusku yang merealisasikan mimpi ini..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H