Lihat ke Halaman Asli

Kotaku

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

KOTAKU

Kecil tapi indah

Tak ada gedung yang menjulang

Hanya satu, dua, atau tiga

Itu pun bukan gedung yang megah

Bukan sumber minyak bumi

Bukan pula kawasan industri

Hanya sekedar pemakai dan pembeli

Umurnya seumur  jagung

Dulunya seorang anak

Tapi sekarang hidup mandri

Gerimis menusuk tanah

Keutungan bagi kotaku

Tapi aku tak ingin tanah yang

Ku diami ini merintih kesakitan

Tak ingin pula menjerit kedinginan

Karna itu merugikan kotaku

Satu batang untuk kotaku

Nyawa untuk hidupku

Kotaku  pintu gerbang

Antra kota Barat dan kota Timur

Kotaku kota Transito

Kotaku bukan kota pemberi

Tapi di butuhkan kota lain

Aku bangga

Bernafas di kotaku

Menghirup udara segar

Ketika embun jatuh di pucuk-pucuk hijau

Adat istiadat, ramah, dan bertatakrama

Aku lakukan setapak demi setapak di setiap aktifitasku

Kotaku kota Banjar

Wahai Indonesia

Jangan kau pandang rendah kotaku

Jangan kau anggap remeh kotaku

Kotaku  pendonor benih-benih perdamaian

Seiring  berjalan detik ke menit

Kotaku melangkah setapak demi setapak

menuju pintu gerbang kemajuaan

Mencapai puncak kemakmuran

Kotaku indah, damai,

asri nan mandri

Kotaku kota Banjar

aku persembahkan untuk kotaku tercinta kota BANJAR PATROMAN, JAWA BARAT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline