Kue Hias dari Surau Bancah, Surau Keluarga Besar Kaum Kerabat Saya. Sepertinya belum selesai dihias nih :) Pic By Yoza Tadi liat foto profil di BBM adik sepupu,Yoza, tentang kue hias, jadi kepo dan ternyata hari ini di kampung saya tepatnya di Sicincin, Kecamatan 2x11 Enam Lingkung Kabupaten Padangpariaman, Provinsi Sumbar (Komplit banget infonya :D ) ada Festival Kue dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi dan budaya ini bisa dibilang unik, karena bisa dikatakan hanya Kenagarian Sicincin dan Kenagarian Sungai Asam yang mengadakan tradisi Festival Kue ini. Padahal Kabupaten Padangpariaman itu luas terdiri dari banyak kecamatan dan kenagarian, tapi hanya di dua kenagarian itu saja yang punya tradisi unik seperti ini. Bagaimana uniknya ? yuk baca... Sejarah tradisi Festival Kue Maulid Nabi sudah ada sejak lama.Waktu saya masih kecil festival ini sudah ada, bisa dibilang sudah puluhan tahun. Oh ya, nama festival sendiri itu sebenarnya tidak populer dan mungkin bisa dibilang tidak pernah disebut di tempat saya. Toh, tidak pernah ada spanduk yang menyebut nama acaranya. Orang-orang kampung saya menyebut acara itu kalau ingin melihatnya cukup bilang " ingin melihat kue-kue besar maulid di mesjid raya" hehehe Tapi karena saat acara itu orang ramai melihat kue-kue yang dipajang di mesjid, tentulah bisa disebut dengan Festival Kue. Karena sudah sesuai dengan kaidah bahasa indonesia dan arti dari festival itu sendiri sesuai kamus besar umum bahasa indonesia yang dikutip dari wikipedia, yakni Festival Adalah pesta besar atau acara meriah dalam rangka memperingati sesuatu. Peserta Festival Kue ini adalah setiap surau yang berada di Kenagarian Sicincin. Menurut adik sepupu saya yang saya wawancara tadi via BBM hehe...ada sebanyak 40 surau yang ikut. Setiap surau yang jemaahnya terdiri dari kumpulan masyarakat yang berasal dalam satu garis keturunan atau disebut Suku dalam istilah Minang. ini dia kue kue yang sudah selesai dihias dan ada duitnya.pic by :bang nof mantari Suku di Minang itu ada bermacam-macam seperti Suku Guci, Sikumbang, Panyalai, Jambak, Koto dll. Kadang meski mereka berasal dari satu suku tapi karena tempat tinggalnya berbeda meski masih dalam satu kenagarian, nama suraunya pun berbeda. Seperti untuk suku keluarga besar saya yakni Suku Guci mempunyai surau yang bernama Surau Bancah. Sedangkan Suku Guci yang lain yang berada di tempat lain bisa mempunyai surau yang bernama Surau Mato Aie. Jadi setiap kaum kerabat di masing-masing surau akan beriuran atau urunan untuk mengikuti Festival Kue tersebut. Semua berdasarkan kesepakatan. Uang yang terkumpul akan digunakan untuk membuat kue dan kelengkapan hiasannya, buah-buahan sebagai pelengkap dan tentu saja yang paling penting nanti di atas kue akan ditaruh uang-uang kertas yang ditempel pada lidi dan ditancapkan di atas kue-kue tersebut. Kesibukan di Mesjid Raya Kenagarian Sicincin di Pauh sudah dimulai sejak pagi khususnya siang. Ibu-ibu yang bertugas menghias dan memajang kue sudah mulai melaksanakan tugasnya. Kue-kue cantik itu akan dijejer memanjang. Sedangkan uang-uang kertas yang ditempel di lidi biasanya akan ditancapkan malam hari saat acara berzikir oleh para alim ulama. suasana festival kue di malam di mesjid raya pauh sicincin.pic by bang nof mantari Zikir bersama alim ulama atau disebut juga kalangan ustadz biasanya dilakukan setelah Isya. Jadi dari sore hingga malam masyarakat kenagarian akan datang ke mesjid tersebut untuk melihat aneka kue-kue hias yang cantik dan bikin ngiler itu. Kegiatan itu tentu menjadi hiburan dan tontonan yang menarik bagi warga. Oh ya, mengenai uang-uang kertas yang nominalnya terdiri dari pecahan 100 ribuan hingga 5 ribuan itu nantinya oleh panitia akan dikumpulkan, kemudian dimasukan ke dalam kas mesjid untuk biaya tambahan pembangunan dan selain itu juga disumbangkan ke Mesjid Syeikh Burhanuddin di Ulakan. Usai zikir bersama dan berdoa, biasanya itu kue-kue ada yang dimakan bersama dan dibagi-bagikan kepada kaum kerabat masing-masing. Festival Kue dan zikir ini merupakan bahagian dari rangkaian acara Peringatan Maulid Nabi di lingkungan Kenagarian Sicincin setiap tahunnya. Sedangkan esok harinya juga akan dimeriahkan dengan acara Hoyak Tabuik . Hoyak Tabuik adalah kegiatan mengiring atau mengusung Tabuik, yakni sejenis keranda yang dibuat dari kayu dan dihias dengan kertas warna warni dan ditempeli uang. Kadang tabuik juga terbuat dari ranting-ranting kayu ranting pohon besar. Tabuik itu berasal dari sejumlah surau dan uangnya pun berasal dari sumbangan kaum kerabat, yang nantinya akan didonasikan untuk Mesid Raya. Jadi mengiring tabuik atau Menghoyak Tabuik itu dimulai dari lokasi masing-masing surau oleh kaum pria dan bertemu di halaman mesjid raya yang disaksikan oleh ratusan warga. Kemeriahan akan berlangsung ketika Tabuik dari masing-masing surau bertemu dengan meneriakan yel yel masing-masing. Suasana Hoyak Tabuik di Depan Mesjid Raya Sicincin, ini foto tahun lalu lho diambil dari twitter Yoza jg :) Tapi sebelum tabuik itu dihoyak ada kemeriahan lain yang tak seru dan uniknya, yakni aksi Simuntu.Simuntu ini adalah orang yang didandani dengan daun pisang kering atau dalam bahasa Minang disebut Karisiak yang membalut seluruh tubuhnya. Kemudian dipakaian topeng seram dan membawa kotak amal yang akan meminta sumbangan dari rumah ke rumah, toko toko dan pengendara kendaraan bermotor serta diiringi dengan alunan gendang. Simuntu, pic by Padang Eskpres Masih ingat di benak saya ketika masa kecil dulu, melihat Simuntu ini antara penasaran dan takut hehehe...Oh ya tadisi simuntu ini juga biasanya juga ada di daerah lain di Sumbar. Biasanya memang ditampilkan untuk memeriahkan berbagai kegiatan budaya. Oh ya foto Simuntu khas Sicincin belum ada karena baru besok diadakan. Jadi sebagai gambarannya saya ambil dari mbah google aja ya dari salah satu portal berita di Sumbar. Mohon izin ya.. Jadi kalau blogger yang suka travelling dan kebetulan berada di daerah Sumbar khususnya pada bulan maulid nabi, bisa singgah ke Kenagarian Sicincin untuk melihat tradisi dan atraksi budaya ini. Seru lho... NB : bagi pembaca khususnya dari kenagarian sicincin yang ada info lebih detil tentang sejarah festival kue maulid nabi ini bisa kasi info di kolom komentar ya..semua ini demi lebih menyebarluaskan informasi tradisi budaya yang sudah lama diadakan di kanagarian kita.semoga suatu saat budaya ini bisa menjadi atraksi budaya lokal dan menarik wisatawan nusantara maupun asing yang tentunya akan berimbas pada berbagai aspek kehidupan di sicincin, seperti di bidang ekonomi khususnya...terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H