Lihat ke Halaman Asli

Ina Fatah

blogger, penulis, karyawan

mari berinvestasi di kupang

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12974918761114465784

@bandara el tari kupang Alhamdulillah pada 7- 10 Februari 2011 lalu, saya berkesempatan mengunjungi Ibukota Nusa Tenggara Timur, Kupang. Kunjungan saya dalam rangka menghadiri kegiatan Hari Pers Nasional yang ke 65 , yang tahun ini diselenggarakan di Kupang. Saya bersama empat orang rekan sampai di Bandara El Tari, sekitar pukul 22.30 malam waktu setempat. Kami berangkat dari Bandara Hang Nadim Batam pukul 15.30 WIB dan menuju Surabaya selama 2 jam dan transit di sana sekitar 1,5. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Kupang selama 2 jam perjalanan juga. Di El Tari kami disambut LO gadis manis berjilba bernama Fatimah dan sopir bernama Ronald. Kesan pertama bagi waktu sampai di Kupang adalah keramahan, setidaknya itu yang diberikan oleh dua orang pemandu kami tersebut. Kupang pada saat itu sudah sepi, karena menurut Fatimah dan Ronal, aktifitas masyarakat pada umumnya berakhir pukul 10 malam waktu setempat. Memang benar, sepanjang jalan sepi dan kami hanya menemukan sedikit toko yang buka dan itu adalah warung nasi padang dan sejumlah pedagang gerobak yang hanya bisa dihitung dengan jari tangan. Saya sempat bergurau dengan rekan-rekan, kalau saya akan membuka warung makan hingga larut malam di kota ini, sehingga denyut ekonomi tetap hidup hingga larut malam bahkan pagi. Karena di kota saya Tanjungpinang dan Batam, hingga larut malam aktifitas ekonomi masih berdenyut. Bahkan hingga subuh pun kita masih bisa membeli makanan. Kami sampai di penginapan bernama Hotel Kelimutu. Kalau teman saya menyebutnya losmen. Karena memang jauh dari standar hotel. Tapi kami tetap bersyukur karena ternyata ada peserta lain yang tidak dapat hotel dan harus menginap di asrama haji. Hotel berkelas bintang di Kupang ternyata hanya ada tiga dan itu sudah penuh untuk tamu-tamu pejabat dari Jakarta. Satu lagi, investasi yang menurut saya punya potensi besar adalah membangun hotel di kota ini.Tapi, untuk saya itu tentu terlalu berat hehehe.. Keesokan paginya, saat menuju tempat acara kami ditunjukan tempat nongkrong sore di tepi laut berupa pondok-pondok ikan bakar. Namun yang saya lihat pondok-pondok ikan bakar itu belum dikelola secara serius. Padahal melihat potensi cukup besar. Ternyata memang seperti yang diungkapkan Gubernur NTT Frans Lebu Raya, meskipun adalah daerah bahari, tapi kehidupan masyarakat di sana agraris. Sejak tahun 2003 telah dikampanyekan gerakan masuk ke laut dan hasilnya baru pada pemanfaatan potensi rumput laut.hmm..saya kembali terinspirasi jika usaha rumah makan seafood punya potensi besar di kota ini. Ketika badan penat dan lelah mengikuti jadwal yang padat saya terpikir untuk massage di hari terakhir kegiatan yang memang menyediakan waktu sekitar 3 jam untuk peserta pergi pelesiran. Saya bertanya ke Fatimah dimana tepat massage dan ia mengaku tidak tahu. Akhirnya saya melakukan creambath di sebuah salon di mall dan satu-satunya mall di Kupang. Saat menikmati perawatan tersebut kembali saya punya ide, jika usaha atau bisnis kecantikan punya potensi yang bagus di kota ini. Malam harinya atau malam terakhir di Kupang, kami di ajak ke pasar malam atau semacam pujasera. Melihat penataannya dan makanan yang dijual, kembali saya berpikir jika usaha pujasera malam juga punya potensi yang bagus di kota ini. Mungkin pembaca dan kompasianer bertanya-tanya mengapa saya sibuk mengajak investasi di Kupang. Jawabannya, setidaknya bisa memberikan gambaran kepada kita semua banyak proses usaha yang bagus dalam mendukung kemajukan Kupang khususnya dan dan Indonesia bagian timur pada umumnya. Selain itu, potensi usaha di tanah flobamora atau flores,sumba, timor dan alor juga menjadi pesan oleh Gubernur NTT kepada semua peserta HPN agar didengungkan ke luar, sehingga dunia investasi di provinsi itu dan Kota Kupang khususnya bisa lebih maju. Anda berminat ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline