Lihat ke Halaman Asli

Anak Berbakat? Bagaimanakah Dia? Seperti apakah Ia?

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12934281782040183155

Keberbakatan anak memang sudah ada sejak mereka lahir, tapi siapa orang tua yang berani menyangka jika bayi yang dilahirkan akan menjadi anak berbakat? Tidak ada. Apalagi bagi kita yang tinggal di Indonesia, hingga saat ini apa yang dapat dijadikan sebagai ukuran keberbakatan seseorang itu? Anak dapat dikatakan berbakat jika mereka sudah mampu mengantungi prestasi luar biasa, ber IQ tinggi di atas rata-rata. Tetapi sayangnya IQ baru dapat dipercaya jika anak itu sudah berusia di atas 6 tahun. Akhirnya yang terjadi pada anak semasa ia masih balita adalah dugaan-dugaan yang kurang tepat, malah mungkin jauh dari yang sebenarnya. Misalnya si Anak diduga autis karena ia belum dapat bicara pada saatnya ia harus bicara, dan lain sebagainya.

Mari kita sedikit menuju materi tentang keberbakatan.

Kecakapan individu dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu kecakapan nyata (actual ability) dan kecakapan potensial (potential ability). Kecakapan nyata (actual ability) yaitu kecakapan yang diperoleh melalui belajar (achivement atau prestasi), yang dapat segera didemonstrasikan dan diuji sekarang. Sebagai contoh yaitu ketika siswa mampu menjawab dengan baik tentang pertanyaan dari gurunya, maka inilah yang disebut dengan kemampuan atau kecakapan nyata (achievement).

Sedangkan kecakapan potensial merupakan aspek kecakapan yang masih terkandung dalam diri individu dan diperoleh dari faktor keturunan (herediter). Kecakapan potensial dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu kecakapan dasar umum (inteligensi atau kecerdasan) dan kecakapan dasar khusus (bakat atau aptitudes).

Keberbakatan (giftesness) adalah suatu potensi bawaan yang disetiap orang mempunyai bentuk yang berbeda satu dengan lainnya.  Umumnya mempunyai potensi kuat diberbagai bidang (van Tiel).  Anak tersebut mempunyai dorongan dari dalam dirinya untuk selalu mencari tahu. Prestasi belajarnya tidak selalu optimal, bahkan sering kali bermasalah, hal ini disebabkan adanya kesulitan yang terselubung (Silverman 2002).

Cara belajar anak berbakat (cerdas istimewa) adalah melalui proses penglihatan (visual learner), proses berpikirnya berupa gambar.  Memerlukan waktu yang lebih lama untuk menterjemahkan gambar menjadi kata (Silverman 2002). Hollingworthmendefinisikan keberbakatan sebagaipotensi anak yang harus digali sehingga saat dewasa akan lebih berkembang.

Linda Silvermanmenambahkan bahwa padaanak berbakat didapatkan perkembangan yang tidak sinkron.  Jadi tidak hanya IQ dan kemampuan, tapi juga emosi dan hipersensitifitas. Yang dimaksud dengan perkembangan yang tidak sinkron disini adalah perkembanganintelektual, fisikdan emositidak berjalan dengan kecepatan yang sama, melaikan kemampuanintelektual-nya lah yang selalu berkembang lebih cepat.

Itulah anak yang berbakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline