Lihat ke Halaman Asli

Imzan Oemar

Mahasiswa

Efektivitas Hukuman sebagai Alat Pencegah di Lingkungan Kampus

Diperbarui: 6 November 2024   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Menjaga kepatuhan dan disiplin siswa di lingkungan pendidikan tinggi sangat penting untuk menciptakan suasana belajar yang baik dan berintegritas. Kampus seringkali menggunakan sanksi seperti skorsing, denda akademik, atau teguran keras untuk menangani pelanggaran. Seberapa efektif hukuman ini dalam mencegah pelanggaran di masa depan? Teori Gary S. Becker tentang pendekatan ekonomi terhadap disiplin memberikan perspektif yang menarik tentang cara yang paling efektif untuk menerapkan hukuman agar tidak hanya mengurangi jumlah pelanggaran tetapi juga mengubah perilaku siswa dalam jangka panjang.

Menurut Becker, efektivitas hukuman tergantung pada bagaimana hukuman mempengaruhi keseimbangan antara keuntungan pribadi (private gain) dan kerugian sosial (social loss). Dalam konteks kampus, "kerugian sosial" dapat didefinisikan sebagai konsekuensi negatif dari pelanggaran, seperti kerusakan ketertiban atau kerusakan reputasi institusi. Sebaliknya, manfaat yang dirasakan siswa sebagai hasil dari melakukan pelanggaran disebut sebagai "keuntungan pribadi". Keuntungan ini dapat berupa kemudahan atau kenyamanan sementara. Kebijakan disiplin yang efektif seharusnya membuat kerugian yang disebabkan oleh pelanggaran lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh pelanggar, sehingga siswa tidak akan melakukan sesuatu yang tidak seharusnya mereka lakukan karena mereka tahu konsekuensi yang akan mereka hadapi jika mereka melakukannya.

Namun, memberikan sanksi yang berat bukan satu-satunya cara untuk menjalankan hukuman yang efektif. Pendekatan ekonomi Becker menunjukkan bahwa jika sanksi yang terlalu keras dianggap tidak proporsional atau tidak adil, itu justru dapat memiliki efek balik. Jika hukuman yang tidak proporsional diterapkan di kampus, itu dapat membuat mahasiswa tertekan dan memicu pemberontakan atau ketidakpercayaan terhadap sistem. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara pencegahan dan hukuman. Hukuman harus disesuaikan dengan tingkat pelanggaran agar relevan dan dianggap adil oleh siswa. Selain itu, harus diberikan pesan yang jelas bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi yang nyata.

Selain skorsing dan denda akademik, kampus dapat mempertimbangkan metode hukuman tambahan yang membentuk karakter dalam jangka panjang, seperti tugas sosial, pelatihan kepatuhan, atau program pendidikan. Program-program ini tidak hanya berfungsi sebagai hukuman tetapi juga sebagai rehabilitasi yang dapat mengubah cara siswa melihat aturan. Aspek edukatif dari hukuman ini, menurut Becker, memiliki potensi untuk mengurangi "keuntungan pribadi" dari pelanggaran melalui pemahaman yang lebih baik tentang dampak negatif pelanggaran terhadap komunitas kampus dan terhadap diri sendiri.

Dengan menggabungkan metode hukuman dan pencegahan yang tepat, kampus dapat menciptakan lingkungan yang lebih disiplin dan kondusif tanpa bergantung pada hukuman yang keras atau intimidatif. Kebijakan disiplin yang berfokus pada perubahan perilaku dan kesadaran akan efek yang diharapkan dari pelanggaran dapat mengurangi keinginan siswa untuk melanggar. Metode seperti ini tidak hanya efektif dalam jangka pendek, tetapi juga membantu membangun karakter yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline