Lihat ke Halaman Asli

Perkara Senin Hingga Jum'at

Diperbarui: 22 Desember 2022   10:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

berangan-angan mendamba angin. melepas penat dari huru-hara duniawi. sekadar haha-hihi, atau bercinta dengan imajinasinya sendiri. kemudian pulang, berlomba dengan lalu-lalang kendaraan di kota yang tak pernah tidur.

seorang lelaki meringis sambil meremas perutnya yang perih, merintih, ingin diisi. berusaha tegar meski kakinya gemetaran sebab isi dalam dompet tak sampai akhir bulan. makin celaka setelah bertemu dewa kematian yang membawa kabar buruk, sampai-sampai satu gedung ambruk dalam sehari, termasuk lelaki itu tanpa terkecuali.

lelaki itu kembali duduk sambil merenung. kemarin tubuhnya melayang terbawa angin, lalu terjun tanpa aba-aba, mengoyakan sesal yang gugur perlahan. memeluk tubunya sendiri, sebab merasa sial sejak kemarin.

ditemani malam penuh bintang, ia menatap gedung-gedung tinggi terakhir kali, sambil menggenggam surat PHK yang sudah lecak ia injak-injak, sudah ia maki-maki.

kini, lelaki itu pulang, menyeret kakinya kaku. lebih berat ketimbang membawa penat perkara senin hingga ke jum'at. tanpa hari sabtu dan minggu setelahnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline