Lihat ke Halaman Asli

Beryn Imtihan

Penikmat Kopi

Mengelola Konflik Desa Belajar dari Putri Mandalika

Diperbarui: 10 Desember 2024   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Patung Putri Mandalika (https://regional.kompas.com/)

Putri Mandalika—belakangan nama ini dijadikan sebagai nama sirkuit, sosok legendaris dalam kisah masyarakat Lombok, selain dikenal karena kecantikannya, juga dikenang sebab kebijaksanaannya. Ketika para pangeran saling memperebutkan dirinya, Putri Mandalika memilih jalan yang tak biasa: melepaskan diri ke laut untuk menyelamatkan rakyatnya dari pertumpahan darah. 

Keputusan bijak ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya mengutamakan harmoni, yang sangat relevan dalam mengelola konflik di desa saat ini. Sebab desa sering kali menjadi tempat di mana konflik sosial muncul. 

Entah karena perebutan lahan, distribusi bantuan, atau perbedaan pandangan politik. Konflik semacam ini jika tidak dikelola dengan baik bisa memecah belah masyarakat dan menghambat pembangunan.

Kisah Putri Mandalika memberikan inspirasi tentang bagaimana kepentingan bersama harus selalu menjadi prioritas di atas kepentingan individu.

Di banyak desa, konflik seringkali dipicu oleh ketidakadilan. Ketika ada kelompok yang merasa tidak mendapat haknya, ketegangan muncul. Dalam konteks ini, pemimpin desa harus mampu menjadi fasilitator, bukan provokator.

Mereka perlu mengutamakan dialog untuk meredakan ketegangan. Seperti Putri Mandalika yang tidak memihak siapa pun, seorang pemimpin desa harus adil dan berpihak pada kebenaran, bukan pada kelompok tertentu.

Namun, keadilan saja tidak cukup. Diperlukan pengorbanan untuk menciptakan harmoni. Ini tidak berarti pemimpin desa harus mengorbankan dirinya secara harfiah, tetapi mereka harus rela mendahulukan kepentingan desa di atas ambisi pribadi.

Dalam kisah Putri Mandalika, keputusan besarnya membuat semua pihak sadar akan pentingnya persatuan. Hal ini mengajarkan bahwa pemimpin yang bersedia berkorban akan lebih dihormati dan diikuti.

Di era modern ini, teknologi juga bisa menjadi alat untuk meredakan konflik. Misalnya, penggunaan musyawarah berbasis digital untuk melibatkan lebih banyak warga desa dalam pengambilan keputusan.

Tetapi teknologi hanyalah alat. Inti dari penyelesaian konflik tetaplah pada nilai-nilai seperti kejujuran, keberanian, dan keikhlasan, seperti yang ditunjukkan oleh Putri Mandalika.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline