Lihat ke Halaman Asli

IMRON SUPRIYADI

Jurnalis dan Pengasuh Ponpes Rumah Tahfidz Rahmat Palembang

Keringat Sambo, Mengalir Sampai Jauh...

Diperbarui: 8 September 2022   10:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi : news.detik.com

Oleh Imron Supriyadi

Sudah menjadi tradisi yang tidak terjadwal, hampir setiap malam, Gus Pri, pengasuh Pondok Pesantren Tahfidz Rahmat Palembang menerima sejumlah tamu tak diundang dari berbagai status sosial.

Konsekuensinya, hampir setiap hari Gus Pri harus menjadi "aktor dadakan" yang wajib melayani tamu dari semua kelas. Apalagi Gus Pri bukan seorang psikolog yang punya kecerdasan membaca karakter dari gejala jiwa tamu yang datang. 

Sehingga Gus Pri selalu melakukan improvisasi karakter untuk menghadapi para tamu yang punya latar belakang berbeda, termasuk malam itu.  

Sekitar pukul 19.30 WIB ba'da Isyak di awal September 2022, seperti juga biasanya obrolan kami bergulir tanpa tema. Semua mengalir seperti air. Tapi di tengah obrolan itu, ada saja yang melempar tema, tanpa menimbang siapa yang akan menanggapi.

Ya, sebatas nyeletuk sekenanya saja. Kalau ada yang tertarik, bisa menjadi bahasan panjang. Kalau tidak, terputus sesaat lalu beralih ke topik lain. Tak ada hubungannya antara satu dan lainnya.

Sementara, hari itu Gus Pri sudah sejak pagi sampai ba'da ashar melayani tamu yang berbincang dengan ragam persoalan. Sejak tarekat sampai syariat, batal dan tidaknya kentut di air saat berpuasa, konflik rumah tangga, ijazah paket sekolah, sekolah gratis, ngurus jenazah, izin operasional pesantren dan lain sebagainya.

Malamnya bersama beberapa seniman dan tamu lain, kali itu Gus Pri melempar isu lain yang jauh dari bahasan ritual agama. Kasus Sambo spontan disodorkan dalam obrolan kosong malam itu. Sebagian sudah mengetahui status Ferdy Sambo, sosok jenderal polisi bintang dua yang kini menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir J (Yoshua).

Kali itu, Gus Pri sedang ingin menghibur otaknya dengan isu terkini yang sedang hangat jadi perbincangan. Tapi diam-diam, Gus Pri juga sedang dan mengajak beberapa seniman harus banyak Iqro' (membaca) realitas, sehingga karya yang muncul juga cerdas dan mencerdaskan. Sebab kata Mang Sumar, salah satu penyair di Palembang, karya seniman apapun bentuknya sangat dipengaruhi dari bacaan atau referensi yang dimiliki seniman.

"Kedalaman karya teks seniman, apalagi karya yang mengedepankan pesan nilai dan filosofi dalam karya, seniman harus banyak referensi dan wajib banyak membaca, baik tekstual maupun kontekstual. Makanya, wahyu pertama yang diturunkan perintah Iqro' (membaca)," ujar Mang Sumar dalam sebuah obrolan, beberapa bulan silam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline