Lihat ke Halaman Asli

Perempuan Berpayung Merah

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Payung merah: hadiah orang tuamu

Payung merah melindungimu dari hujan godaan
angin bertiup kencang
sesekali melemparkan payungmu

Kau ambil lagi
tapi tubuh telah berlumur hujan

Di halte kau berteduh
banyak tukang asongan menjual keyakinan
tawar-menawar mengeraskan suaranya
keyakinan-keyakinan picis itu memutar di kepalamu

hujan marah
derasnya sungguh garang
hingga kau pusing
anganmu merindukan mentari cepat menyingsing
tukang asongan tahu anganmu dan berkata,
“ini adalah negeri hujan, beli lah minuman hangat ini”

lalu kau duduk melepas lemas
menikmati paksaan kedinginan
payung merah melepaskan diri dari genggaman tangan kanan
dari sisi kanan bayang menangkap payungmu
dia adalah teman lamamu
kau terkejut, dadamu mengejang

Tanpa salam dan sapa
kau langsung memeluknya erat
temanmu berbisik, “tak usah terkejut karena sebelum di halte ini
aku telah bersamamu”

Kau melepaskan seluruh pakaianmu yang basah
tubuhmu pasrah dalam dekapan tubuhnya
yang hangat




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline