Genderang perang telah ditabuh. Para elit politik mulai menyusun strategi. Para pemimpin inkumben pun semakin merapatkan barisan. Para kawulo alit digadang-gadang dan disayang karena pesta lima tahunan sebentar lagi digelar. Uang milyaran rupiah siap digelontorkan. Kursi di senayan jadi rebutan. Siapkah jadi pemenang ? Tidak semua !!!
Ukuran pemenang sampai saat ini adalah memperoleh kursi di senayan. Selanjutnya menikmati fasilitas mewah dan mengumpulkan kembali uang yang telah dikeluarkan saat proses pemilihan plus bunganya. Kalau perlu menambah pundi-pundi untuk pemilihan yang akan datang. Apa kiprahnya bagi pembangunan dan kehidupan, itu urusan nanti. Itulah wajah umum dari para wakil rakyat yang ada. Minim kinerja maksi isi depositnya. Layakkah ?.
Wajah Indonesia takkan berubah bila wakil rakyatnya tak berubah. Para pemimpin eksekutif akan lebih pro rakyat jika para pemimpin legislatif benar-benar pro rakyat. Para pemimpin eksekutif yang pro rakyat akan diikuti oleh para pemimpin yudikatif yang juga pro rakyat. Jika ini diamini, rakyat pun akan dengan senang hati mendukung dalam proses pemilihan para wakilnya dan akan menikmati pesta demokrasi. Tidak akan ada lagi golput. Tidak akan ada lagi kekerasan. Tidak akan ada lagi kecurangan. Dapatkah ?
Anggota DPR masih menjadi perpanjangan parpolnya plus diri sendiri. Jubah besar parpolnya tidak dilepas ketika sudah duduk di parlemen. Yang semestinya, visi dan misi parpol yang pro rakyat-lah yang diperjuangkan. Sehingga nyata-nyata terlihat bahwa para wakil rakyat pro untuk memperjuangkan haknya dan mengabaikan kewajibannya. Bila demikian, apa yang bisa diharapkan ? Tak memberi manfaat pada rakyat sedangkan para wakil rakyat dipilih oleh, untuk dan dari rakyat. Tak memberi manfaat namun mengambil dan menerima gaji dan fasilitas mewah dari (pajak) rakyat. Pantaskah?
Tak memberi tapi menerima. Tak memberi manfaat tapi hanya menerima manfaat. Para wakil rakyat yang tak memberi manfaat pada rakyat, lebih baik mundurlah. Lebih baik jadi rakyat kembali. Selalu memberi meski tidak menerima. Beranikah ? (Tak terkecuali para pemimpin yang tak mampu dan mengabaikan kewajibannya).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H