Merebak nya penyebaran Covid-19 Corona yang begitu masif dan telah menjangkau lebih dari 100 negara di dunia, menjadi beban psikologis tambahan bagi perekonomian dunia di tengah ketidak pastian global sebagai dampak belum tuntas nya kesepakatan atas penyelesaian perang dagang antara negara adi daya ekonomi amerika dan China serta jepang dan korea selatan.
Dampak penyebaran Virus Corona terhadap sektor riil yang merambat kepada sektor keuangan dan perbankan serta investasi dapat menyamai dampak krisis global tahun 2008 – 2012. Adapun Perbedaan krisis financial yang di awali oleh kasus sub prime mortgage pada tahun 2008 dengan penyebaran virus corona dapat di lihat pada beberapa kondisi berikut :
1. EPISENTRUM CRISIS
- Episentrum krisis dan kekuatan ekonomi dunia yang paling terpukul saat krisis finansial tahun 2008 adalah negara adi daya Amerika , yang berdampak terhadap para sekutu nya di eropa yang mengalami kontraksi ekonomi cukup siknifikan . sementara negara Kawasan asia seperti china , India dan Indonesia yang masuk kedalam kelompok negara G 20 serta beberapa negara Kawasan asia dan afrika lain nya masih dapat melakukan penetrasi ekonomi dengan pertumbuhan 5% - 7 % per tahun walaupun terkena dampak krisis finansial tersebut.
- Episentrum krisis virus Corona saat ini berpusat di China yang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama di kisaran angka - 6,5 % dari estimasi 5,8 % ,yang akan berdampak kepada krisis financial dan krisis global disebabkan oleh meningkat nya status epidemic virus Corona menjadi Pandemik di seluruh belahan penjuru dunia. Hal tersebut akan membuat pertumbuhan ekonomi dunia terkoreksi sangat siknifikan dari projeksi 3,3 % menjadi 1,5 - 2,4 % bahkan dapat terjadi kontraksi pertumbuhan ekonomi global menjadi - 2,2 % jika penanganan Wabah pandemic virus corona pada beberapa negara di belahan penjuru dunia berkepanjangan melebihi 2 kuartal.
2. MAGNITUDE CRISIS
- Magnitude krisis financial tahun 2008 terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak berdampak siknifikan baik pada sektor Riil , Perdagangan , ekspor , pariwisata, maupun finansial kondisi tersebut terlihat pada kontribusi konsumsi domestik terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 56 %, surplus pada trade Balance sebagai dampak dari meningkat nya nilai ekspor atas kenaikan harga komoditas ekspor andalan Indonesia seperti CPO,karet ,kopi , batu bara,cokelat dan ekspor natural resources lain nya serta capital inflow FDI maupun Non direct investment dari capital market growth saat itu .
- Magnitude krisis virus Corona tahun 2020 berdampak cukup siknifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional . meliputi faktor faktor berikut
- Krisis virus corona yang berdampak kepada pelemahan pertumbuhan ekonomi China pada kuartal pertama menjadi - 6,5 % , mempunyai korelasi multi regresi terhadap sektor Riil , perdagangan , ekspor, finansial dan terutama Pariwisata indonesia, dimana setiap penurunan pertumbuhan ekonomi China sebesar 1 % akan berdampak kepada pelemahan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 0.3 % .
- PDB perkapita China mengalami kenaikan sangat siknifikan dalam 10 tahun terakhir yakni dari US $4.550 periode finansial krisis tahun 2010 menjadi US $ 9.770 pada tahun 2018. Kondisi tersebut membuat spending power warga negara China untuk melakukan around the world travelling menjadi sangat leluasa. dimana data the world travel and tourism Council pada tahun 2019 menunjukan kontribusi China terhadap pertumbuhan pariwisata global sebesar 25 % dari pertumbuhan 4,2 % pada tahun lalu dan pengaruh kunjungan wisatawan China ke Indonesia sebanyak 2,09 juta orang pada tahun 2019 atau 12,9 % dari total kunjungan wisatawan asing ke Indonesia sebanyak 15,8 juta orang dengan Average spending per arrival sebesar US $ 1.220. per orang.
- Magnitude Crisis virus corona berdampak siknifikan terhadap ekonomi Global
- Selain pengaruh dari wisatawan China , dampak virus Corona terhadap kunjungan wisatawan mancanegara akan sangat siknifikan mengingat tahun 2018 sebanyak 15,8 juta orang melakukan kunjungan ke Indonesia dengan kontribusi terhadap devisa sebesar US $ 19,29 Milyar .
- Kontribusi PDB China terhadap PDB Dunia mencapai + 17 % dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dunia mencapai 0,49 % untuk setiap pertumbuhan ekonomi china sebesar 1 %.
- Kontribusi PDB Amerika dan China terhadap PDB Dunia mencapai 40 % , dengan krisis virus corona yang menerjang seluruh penjuru dunia akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi dunia , dimana pertumbuhan ekonomi Amerika di perkirakan hanya akan tumbuh di kisaran + 1,5 % sd terkontraksi - 2,8 % dan pertumbuhan ekonom China pada angka + 3 % sd + 1 % .
- Krisis virus Corona juga akan memangkas estimasi pertumbuhan ekonomi Eropa dari + 1,2 % menjadi kontraksi - 2,5 sd - 4 %.
3. Penetrasi terhadap dampak Pariwisata dan ekonomi nasional
Mengingat pengaruh episentrum virus corona yang berpusat di china akan berdampak kepada sektor supply chain, manufaktur ,pariwisata, ekspor , dan usaha BUMN yang sebagian bergerak pada sektor pariwisata dan penunjang transportasi seperti Airline , Hotel , fuel provider , inflight catering dan stake holder pariwisata lain nya , maka pertimbangan untuk memperkuat kebijakan relaksasi fiskal , Counter cyclical , Re alokasi anggaran APBN dan relaksasi moneter / stimulus fiskal selama 2 kuartal sd 1 tahun , menjadi opsi yang paling memungkinkan untuk dapat meminimalisasi dampak virus corona terhadap aspek keuangan dan sektor rill meliputi DSR , trade balance , primary balance dan CAD , dan pengendalian inflasi dimana ekonomi nasional akan mengalami tekanan dan hanya tumbuh pada kisaran 1 % sd 2,5 % .
Adapun opsi atas relaksasi Fiskal , counter cyclical , relaksasi moneter dan re alokasi anggaran serta stimulus fiskal dengan pertimbangan implikasi nya dapat meliputi beberapa aspek berikut :
- pemberian eksepsi kredit PPH 25 selama 2 kuartal sd maksimal 1 tahun terhadap perusahaan yang bergerak di bidang pariwaisata dan penunjang ekosistem pariwisata maupun sektor Riil yang mengalami dampak paling siknifikan atas penyebaran virus corona . Stimulasi tersebut di harapkan dapat menjaga going concern business serta Cash flow perusahaan , dimana tekanan dampak virus corona terhadap sektor pariwisata dan ekosistem penunjang nya dapat mencapai angka 40 sd 50 % ,yang merupakan titik psikologis di bawah BEP .
- Policy keringanan suku bunga atau stand by soft loan untuk menunjang kelanjutan aktivitas operasional dan Cashflow serta mencegah terjadi nya pemutusan hubungan kerja atau PHK.
- Keringanan atas PPH 21 , PPH 22 dan PPH badan
- Re alokasi Anggaran untuk memperkuat sektor pelayanan kesehatan masyarakat, Pendidikan, daya beli masyarakat , ketersediaan pangan dan jaring pengaman social / social safety net,
- Untuk masyarakat bawah dan tidak mampu termasuk pedagang dan pencari nafkah harian.
- Intervensi pasar uang dan kebijakan Buy Back Oblogasi, SBN, dan surat berharga negara lain nya
- Termasuk saham BUMN guna menjaga stabilisasi pasar uang , pasar modal dan nilai kurs , saat liquiditas pasar keuangan global mengarah kepada equilibrium baru , sebagai dampak dari kebijakan quantitative Easing dan stimulus fiskal dalam mendongkrak recovery pasar keuangan global.
- dimana saat ini pemerintah Amerika telah merencanakan program stimulus fiskal sebesar USD 2 Triliun dan Europian Concorcium Bank / ECB menyiapkan dana QE sebesar EU 120 M serta the Fed juga menyiapkan QE tanpa limit , disertai aksi Bank Indonesia yang telah menggelontorkan dana pada liquiditas keuangan nasional di kisaran Rp 300 Triliun untuk SBN, Repo, dan penurunan rekening GWM perbankan sekitar Rp 75 T
- Membantu restruktursasi dan rescheduling hutang swasta dan BUMN .
- Mendorong sektor swasta dan BUMN untuk menerbitkan IPO, KIK EBA , dan Obligasi ,
- dengan konsekuensi selanjut nya adalah organisasi harus melakukan right sizing , re engineering business design & process , guna mencapai Cost Quality dan Cost leadership yang ideal sebagai kompensasi atas deviasi cost of capital pada periode risk premium yang meningkat pada era krisis tersebut , guna mendukung kompensasi biaya pada periode recovery .
4. Penanggulangan & Pencegahan
Memperhatikan perubahan tatanan , budaya dan interaksi global , maka munculah istilah The world is too small , flat and Crowded .sehingga perubahan dan dampak yang terjadi pada suatu belahan dunia akan berdampak dan ber interaksi secara cepat kepada belahan dunia yang lain. Untuk mencegah terjadi nya dampak sekelas virus corona atau yang lebih berat dari ini maka di perlukan langkah strategis berikut :
- kesadaran budaya Global untuk keselamatan bersama atau Global social responsibility baik melalui WHO , NGO atau pun institusi negara lain nya, untuk dapat melakukan mapping , identifikasi potential Risk serta Risk profiling terhadap kondisi lingkungan dan dampak kesehatan serta bencana sosial yang dapat di cegah melalui mitigasi resiko, Edukasi, transformasi budaya maupun implementasi budaya HSE ( Health ,safety and environment )
- Melakukan Sterilisasi pergerakan masyarakat. ( gotong royong mencegah penyebaran penyakit )
- Atau dapat kita sebut Social Collective action ( SCA ) untuk kebaikan kita bersama.
- Melakukan System pemeriksaan dini terhadap kesehatan masyarakat pada daerah rawan pandemik dan kelompok yang mengalami gejala awal serta langkah tracibility atas kasus yang telah terjadi .
- Menyiapkan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang tersebar di seluruh Indonesia ,yang jumlah nya di sesuaikan dengan tigkat sebaran potensi resiko pandemik terhadap populasi penduduk sesuai peta resiko wilayah
- Dimana periode siklus penyebaran pandemik di Indonesia di perkirakan akan meningkat secara siknifikan pada periode Akhir maret sd akhir April berupa Exponential Growth menuju peak pandemic pada awal mei dengan perkiraan terpapar virus corona sebanyak 15.000 orang dan akan decline pada periode minggu ke 2 sd akhir mei 2020 jika penyebaran pandemik dan penanganan nya berjalan dengan baik. ( Well Planning , well prepare dan well organizing )
Imron Purnama