Beranikah kita menjadi orang yang tidak disukai?
Pertanyaan itu nampaknya sederhana, tapi saya tidak yakin jawabannya juga akan sederhana.
Banyak orang yang tidak siap menjalani hidup tanpa memikirkan pandangan orang lain, termasuk saya.
Banyak yang tidak siap menerima kritik, pendapat, bahkan hinaan orang lain terhadap kehidupan yang mereka jalani.
Padahal, jika kita sedikit tenang dan mengubah cara pandang, maka kritikan itu laksana obat yang menyembuhkan kita.
Jika kita bisa bersikap baik-baik saja terhadap hinaan, maka sebentar lagi kita akan menjadi manusia kuat yang tahan banting dan segera mengantarkan kita ke gerbang kebahagiaan sejati.
Saya baru saja membaca buku Berani Tidak Disukai, karangan penulis Jepang Ichiro Khisimi dan Fumitake Koga.
Buku tersebut berisi panduan, nilai-nilai, serta ajaran filsafat yang dikembangkan oleh Psikolog Alfred Adler.
Gagasan utamanya adalah berani menjadi diri sendiri. Maksudnya, menjadi seseorang yang berpegang teguh pada sutu nilai, meski dengan berpegang pada nilai itu, kita mungkin akan dibenci atau tidak disukai banyak orang.
Tapi, bukankah kita ini makhluk sosial yang mesti menjaga hubungan atau relasi dengan orang lain? Benar. Tapi hiduplah secara wajar dan bergaullah secara patut. Jangan pernah berfikir untuk menyenangkan semua orang. Sebab orang yang hidupnya ditujukan untuk menyenangkan orang lain, ia akan kehilangan dirinya sendiri.