Lihat ke Halaman Asli

Imron Fhatoni

Belajar selamanya.

Pengalaman Menyaksikan Pelantikan Presiden di Gedung DPR

Diperbarui: 21 Oktober 2019   18:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kemarin, saya berkesempatan menyaksikan pelantikan Pak Jokowi dan Kyai Ma'ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil presiden Indonesia 2029-2024. Sebenarnya, saya tidak menyaksikan secara langsung. Saya hanya mengikuti proses bersejarah itu dari dekat. Saya melihatnya dari gedung DPR/MPR dimana segala sesuatunya dilaksanakan.

Saya mencatat banyak hal yang berbeda dari pelantikan presiden. Ketimbang saat pelantikan DPR, MPR, dan DPD, pelantikan presiden memang super ketat. Penjagaan berlapis diterapkan oleh aparat keamanan. Tidak sembarang orang bisa masuk gedung DPR. Jika tak membawa undangan acara, jangan harap Anda bisa melewati pintu gerbang utama.

Kemarin, saya kebetulan mendampingi salah satu undangan yang juga merupakan Anggota DPR RI. Di sepanjang jalan menuju gedung DPR, banyak personel keamanan yang berjaga-jaga. Kabarnya, sebanyak 31 ribu personel gabungan dikerahkan untuk mengamankan pelantikan ini.

Maklumlah, banyak tamu negara yang ikut hadir. Di antaranya adalah Sultan Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah, PM Australia Scott Morrison, PM Singapura Lee Hsien Long, PM Kamboja Hun Sen dan Raja Eswatini Raja Mswati III.

Selain tamu negara, pelantikan juga setidaknya diikuti oleh 711 anggota MPR yang terdiri atas DPR dan DPD. Belum lagi para kabinet kerja di era Jokowi-JK dan sejumlah tamu penting lain termasuk Pak Prabowo dan Sandiaga Uno yang merupakan pesaing Jokowi-Ma'ruf pada Pilpres lalu.

Membiarkan momentum pelantikan ini dirusak oleh kelompok tertentu, sama dengan mencoreng muka sendiri. Apapun itu, marwah negara harus tetap dijaga di hadapan bangsa lain. Pelantikan seorang kepala negara harus disambut gegap gempita, bukannya malah menggelar aksi demonstrasi. Kira-kira seperti demikian kata seorang pejabat negara di salah satu media.

Setiba di area gedung, saya melihat banyak sekali Tank dan Barakuda. Pasukan Brimob dan TNI bersenjata lengkap hilir mudik. Jurnalis dari banyak media dan stasiun televisi pun tampaknya sudah menanti para tamu undangan untuk diwawancarai.

Saya juga melihat Prabowo dan Sandi memasuki gedung. Sepertinya mereka memang sudah janjian untuk pergi ke acara ini bersamaan. Saat mereka tiba, banyak sekali wartawan yang mengerubungi. Mungkin mereka hendak bertanya banyak hal pada pasangan itu. Entahlah.

Saya bisa merasakan bagaimana tuntutan profesi para jurnalis. Saya punya banyak teman yang berprofesi di bidang ini. Mereka tidak ingin ketinggalan meliput momentum besar, lalu sesegera mungkin menyebarkannya ke publik. Kabar tentang dilantiknya seorang presiden adalah kabar yang mesti diketahui semua anak bangsa.

Saya mengenal beberapa jurnalis yang biasa meliput di DPR. Saat sama-sama minum kopi di belakang Minimarket, saya sempat berbincang dengan. Sahabat itu mengaku sengaja datang lebih awal. Ia sudah tiba di gedung DPR sejak pukul 7 pagi. Padahal, sesuai kesepakatan MPR, acara baru akan dimulai sekitar pukul 14.30. "Kalau telat nanti masuknya susah. Lagian sebentar lagi pasti macet tuh di luar." Katanya.

Yang menjengkelkan dari acara pelantikan kemarin adalah acara sempat ditunda satu jam. Tak jelas apa alasannya. Tapi menurut desas desus yang beredar di DPR, justru dari pihak presiden lah yang memintanya. Ada sesuatu dalam budaya Jawa yang mengharuskan acara tersebut ditunda. Mungkin soal penghitungan waktu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline