Lihat ke Halaman Asli

Imron Fhatoni

Belajar selamanya.

Islam di Balik Dalam Loka

Diperbarui: 19 Februari 2017   09:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Istana Dalam Loka Sumbawa"][/caption]

Setiap berada di Sumbawa, saya selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi Istana Dalam Loka. Istana ini diklaim sebagai istana kayu terbesar yang pernah ada. Istana ini adalah satu dari sekian banyak bangunan bersejarah di Sumbawa yang mengandung nilai filosofi yang sangat mendalam. 

Istana Dalam Loka merupkan Istana peninggalan Kesultanan Sumbawa yang hingga kini masih berdiri kokoh di jantung Kota Sumbawa Besar. Menurut beberapa literatur sejarah, istana ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin III yang merupakan sultan ke 19 Kesultanan Sumbawa di era Dinasti Dewa Dalam Bawa pada tahun 1885. 

Dulunya, istana yang juga menjadi simbol peradaban adat dan budaya masyarakat Sumbawa ini digunakan sebagai tempat para Sultan Sumbawa dalam menjalankan roda pemerintahannya. 

Dalam Loka adalah kebanggan bagi setiap masyarakat Sumbawa. Dalam yang berarti istana dan Loka yang berarti rakyat, adalah prakarsa dan bentuk kesetiaan rakyat kepada sultannya. Bangunan ini dibangun dengan rasa suka cita terhadap pemimpin yang bijak dalam menjalankan pemerintahan. 

Didalam komplek istana juga terdapat masjid agung Al-Huda sebagai pusat peribadatan. Kehadiran masjid, semakin mempertegas nafas islam pada Dalam Loka. Setiap mengunjungi tempat ini, saya selalu terkenang betapa islam dan kebudayaan tak pernah bisa dipisahkan dalam kehidupan masyarakat Sumbawa. Hal ini tercermin dalam setiap sudut bangunan Dalam Loka. 99 jumlah tiang penyanggah adalah simbol Asmaul Husna didalam islam. Begitu juga pada 13 anak tangga yang melambangkan rukun sholat. 

Semangat pembangunan Dalam Loka adalah semangat persatuan islam. Bangunan ini selalu ramai dikunjungi setiap akhir pekan. Banyak pengunjung yang datang sekedar untuk berfoto dan mengisi waktu luang bersama keluarga bahkan pasangannya. Sayang sekali setiap saya berkunjung, istana ini selalu tertutup rapat. Padahal ingin sekali rasanya menjelajahi setiap sudut istana dan melihat satu persatu peninggalan bersejarah didalamnya.

Meski hanya datang seorang diri, saya tidak terlalu iri dengan pengunjung lain yang terlihat asik berfoto bersama pasangannya. Aahh,, semoga dilain waktu saya bisa kembali ketempat ini bersama seseorang. 

Sumbawa, 18 Februari 2017




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline