Dunia sedang gempar. Pasalnya, Jumat lalu, tepatnya 23 Oktober 2020 Presiden Prancis Emmanel Macron mengeluarkan pernyataan yang secara brutal menyudutkan Islam.
Dia mengatakan Islam sebagai agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia. Dia juga melegitimasi rencana penerbitan kembali majalah satire mingguan Charlie Hebdo yang memuat belasan kartun yang memvisualisasikan Nabi Muhammad SAW.
Majalah Charlie Hebdo seakan tidak kapok dengan tindakan pembantaian yang mereka alami pada Januari 2015. Waktu itu 17 orang dari majalah mereka mati diterjang peluru oleh tiga orang yang dituding sebagai anggota AQAP, kelompok radikal yang terkait dengan kelompok Alqaidah di Jazirah Arab sebagai konsekwensi atas penerbitan kartun Nabi Muhammad yang dianggap melecehkan Islam dan menghina Rasulullah SAW.
Buntut dari visualisasi Nabi Muhamamd itu masih berbuntut panjang. Pada 16 Oktober lalu, seorang guru sejarah sekolah menengah Bois-d'Aulne dibunuh oleh seorang pemuda muslim Rusia keturunan Chechnya, Abdoullakh Abouyedovich Anzorov (18 tahun) dengan sebilah pisau.
Pemuda itu terusik jiwanya setelah pada 5 Oktober 2020 Paty mendiskusikan dan mempertontonkan kartun Nabi Muhammad terbitan Chalie Hebdo di hadapan siswa-siswanya, yang dianggap menistakan Islam dan Nabi Muhammad SAW. Akibat aksinya itu, Abdoullakh Abouyedovich harus meregang nyawa setelah ditembus sembilan peluru yang ditembakkan oleh polisi Prancis.
Seminggu sesudah peristiwa itu, Jumat (23/10) Presiden Macron mengeluarkan statemen provokatif itu. Dia mengatakan paty tidak bersalah. Menurutnya Paty mengajarkan kebebasan berekspresi.
Charlie Hebdo menurutnya juga tidak bersalah. Karena yang dilakukan majalah satire itu adalah sebuah bentuk kebebasan berekspresi yang disahkan oleh negara. Yang bersalah dan bermasalah adalah Islam dan umat Islam. Dia mengatakan Islam sebagai agama yang tengah mengalami krisis di seluruh dunia. Ia juga mengaku akan menindak ekstrimis Islam di negaranya.
Dunia muslim bergejolak. Mengutuk presiden berusia 42 tahun itu atas provokasi yang dia lakukan dan dinilai menyebarkan kebencian dan islamophobia. Akibat provokasi itu banyak umat Islam dan masjid-masjid di Prancis menjadi sasaran teror dan kebencian. Tidak kurang Presiden Turki Recep Erdogan mengeluarkan pernyataan tegas dan membuat panas telinga Macron. Ia mengatakan bahwa bukan Islam yang sedang mengalami krisis, tetapi Macron. Macron sedang mengalami krisis kejiwaan. Karenanya ia perlu diperiksakan. “Apa masalah orang bernama Macron ini dengan Muslim dan Islam? Macron membutuhkan perawatan kesehatan mental," kata Erdogan dalam pidatonya pada Sabtu (24/10).
Sejumlah asosiasi dagang di negara-negara Arab memboikot produk-produk Prancis menyusul pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dinilai menghina Islam terkait kartun Nabi Muhammad. Yap, Prancis saat ini sedang ketar-ketir. Beberapa negara Arab dan negara Islam secara massif menyerukan boikot produk Israel. Bagaimana dengan Indonesia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H