Lihat ke Halaman Asli

M Imron Fauzi

Pedagang Kecil

Mengenal Sosok Syekh Nawawi Al Bantani, Ulama Nusantara Yang Mendunia

Diperbarui: 11 September 2020   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Syekh Nawawi Al-Bantani

Sejarah intelektual Indonesia sudah mencetak nama-nama besar bertaraf internasional, salah satu yang paling populer adalah Syekh Nawawi Al-Bantani. Beliau merupakan salah satu sufi Nusantara yang sangat kharismatik. Bagi kita, khususnya kalangan santri, sudah pasti banyak yang mengkaji karya-karya beliau. 

Sebab, karya intelektual Syekh Nawawi Al-Bantani terdapat sekitar 115 kitab, yang meliputi ilmu fiqih, tauhid, tafsir, tasawuf dan hadis. Karena begitu banyaknya karya Syekh Nawawi Al-Bantani yang dikaji di pondok pesantren, sampai ada yang menyebutnya sebagai Bapak kitab kuningnya Indonesia. Kita sebagai warga negara Indonesia, haruslah bangga terhadap Syekh Nawawi Al-Bantani, karena beliau adalah ulama besar asli Nusantara yang diakui oleh dunia.

Nama lengkap beliau adalah Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi bin Ali bin Jamad bin Janta bin Masbuqil Al-Jawi Al-Bantani, lahir di Tanara Tirtayasa Serang Banten pada sekitar tahun 1230 H/1813 M, dan wafat di Mekkah pada tahun 1314 H/1897 M. Syekh Nawawi Al-Bantani merupakan keturunan kedua belas dari Syekh Maulana Syarif Hidayatullah, sisilah tersebut terus keatas sampai Nabi Muhammad SAW.  Kemudian jika silsilahnya ditarik kebawah, Syekh Nawawi Al-Bantani adalah kakek buyutnya Wakil Presiden Republik Indonesia, KH. Ma'ruf Amien. 

Berikut ini adalah silsilah Syekh Nawawi dari jalur ayahnya sampai ke Nabi Muhammad SAW. Diantaranya sebagai berikut, Nawawi bin Umar bin Arabi bin Ali bin Jamad bin Janta bin Masbuqil bin Tajul Arsy Tanara bin Maulana Hasanuddin Banten bin Maulana Syarif Hidayatullah Cirebon bin Maulana Jamaluddin Akbar Husain bin Imam Sayyid Ahmad Syah Jalal bin Abdullah Adzmah Khan bin Amir Abdullah Malik bin Sayyid Ali Khali Qasim bin Sayyid Alwi bin Imam Ubaidillah bin Imam Ahmad Muhajir Ilallahi bin Imam Isa an-Naqib bin Imam Muhammad Naqib bin Imam Ali Aridhi bin Imam Jafar ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain bin Sayyidatuna Fathimah Zahra binti Muhammad Rasulullah SAW.

Di usia muda, Syekh Nawawi Al-Bantani sudah di didik ilmu agama oleh ayahnya dan Kiyai-kiyai di Jawa. Kemudian pada usia 15 tahun, Syekh Nawawi Al-Bantani pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji serta untuk menimba ilmu. Setibanya di Mekah, Syekh Nawawi al-Bantani belajar kepada beberapa ulama ternama pada zaman itu, di antara mereka yang namanya tercatat adalah Syekh Ahmad an-Nahrawi, Syekh Ahmad ad-Dimyati, Syekh Muhammad Khathib Duma al-Hanbali, Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Maliki, Syekh Zainuddin Aceh, Syekh Ahmad Khathib Sambas, Syekh Syihabuddin, Syekh Abdul Ghani Bima, Syekh Abdul Hamid Daghastani, Syekh Yusuf Sunbulawani, Syekhah Fatimah binti Syekh Abdus Shamad al-Falimbani, Syekh Yusuf bin Arsyad al-Banjari, Syekh Abdus Shamad bin Abdur Rahman al-Falimbani, Syekh Mahmud Kinan al-Falimbani, Syekh Aqib bin Hasanuddin al-Falimbani.

Secara sanad dalam bidang keilmuan dan keislaman, Syekh Nawawi Al-Bantani masuk dalam  Thabaqah yang ke XIII. Berikut ini penulis kutibkan silsilah Thabaqah, mulai thabaqah ke VIII hingga Thobaqah ke XIV.


Thabaqah yang ke VIII adalah Sirajuddin Al-Bulqini ( w. 80 H), Zainuddin Al —Iraqi (w 806 H), Ibn Al-Muqri (w. 937 H), Syihabuddinar-Ramlu (w. 844 H), Ibn Ruslan (w. 844 H), Ibn Zahrah (w. 848 H), Ibn Hajar al-Asqalani (w. 852 H), Jalaluddin Al-Mahalli (w. 864 H)  dan Kamaluddin Ibn Imam Al-Kamiliyah (w. 994 H). 

Kemudian Thabaqah ke IX adalah Jalaluddin As-Syuti (w. 911 H), Al-Qusthalani (w. 923 H), Zakariya Al-Anshari (w. 928 H), Zainuddin Al-Malibari (w. 972), Abdul Wahhab As-Syarani (w. 973 H), Ibn Hajar al-Qasim al-Ubbadi (w. 994 H). Thabaqah ke X adalah Syamsuddinar-Ramli (w. 1004 H), Abu Bakar As-Swinwani (w. 1019 H), Syibabuddin As-Subki (w. 1032 H), Ibn Alan Al-Makki (w. 1057 H), Ar-Raniri (w. 1068 H), Syihabuddin Al-Qulyubi (w. 1070 H), Muhammad Al-Kaurai (w. 1078 H), Ibrahim Al-Maimni (w. 1079 H), Ali as-Syibramalisi (w. 1078 H), Abdurrauf al-Famshuri (w. 1094 H). Thabaqah XI adalah Najmuddin Al-Hifni (w. 1101 H), Ibrahim Al-Kaurani (w. 1101 H), Ilyas Al-Kurdi (w. 1138 H), Abdul Karim As-Syarabati (w. 1178 H), Jamaluddin Al-Hifni (w. 1178 H), Isa Al-Barmawi (w. 1178 H), Athiyah Al-Ajhuri (w. 1190 H), dan Ahmad as-Syuja'i (w. 1197 H).

Thobaqah XII adalah Abdussamad Al-Palimbani (w. 1203 H), Sulaiman Al-Jamal (w. 1204 H), Sulaiman Al-Bujairimi (w. 1221 H), Arsyad Al-Banjari (w. 1227 H), Muhammad As-Syinwani (w. 1233 H), Muhammad Al-Fudhali (w. 1236 H), Khalid An-Naqsyabandi (w. 1242 H), Abdurrahman Ba'lawi al-Hadrami (w. 1254 H), Khatib As-Sanbasi (w. 1289 H), dan Ibrahim al-Bajuri (w. 1276 H). 

Kemudian Thabaqah XIII adalah Zaini Dahlan (w. 1303 H), Al-Bakri Muhammad Syatha (w. 1310 H), Nawawi Al-Bantani (w. 1315 H), Ahmad Khatib Al-Minangkabawi (w.1334 H), Mahfuzh At-Tarmasi (w. 1338 H), Ahmad Khalil al-Bangkalani (w. 1345 H), Yusuf bin Ismail Al-Nabhani (w. 1350 H).S Selanjutnya untuk Thabaqah XIV, sampailah pada pendiri Jam'iyyah Nahdlatul Ulama, KH. Hasyim Asy'ari (w. 1367 H). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline