Lihat ke Halaman Asli

Urgensi Pendidikan terhadap Kualitas Tenaga Pendidik dalam Konteks Tafsir Tarbawi

Diperbarui: 2 Januari 2021   18:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pngimage.com

A. Pendahuluan
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan segala pengetahuan guna menunjang tugasnya sebagai khalifah fi al-ardh agar berjalan secara tepat. Islam sebagai agama penyempurna dari agama-agama Allah terdahulu, maka Islam harus berperan universal dan komprehensif sesuai perkembangan zaman. Al-Qur'an menegaskan akan pentingnya kemampuan berpikir agar tujuan pendidikan Islam dapat tercapai yakni kedekatan seorang hamba dengan pencipta-Nya serta memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

Al-Qur'an merupakan firman Allah yang menjadi pedoman hidup (Way of Life) kaum Muslimin, tentunya memiliki ajaran-ajaran pokok atas segala aspek kehidupan manusia. Dalam upaya memahami kandungan Al-Qur'an yang menjadi petunjuk bagi manusia, tafsir berfungsi sebagai suatu metode yang menghasilkan pengetahuan (Qur'aniyah) bersumber dari Al-Qur'an. Bahkan Al-Qur'an sendiri pun memberikan isyarat tentang pentingnya pendidikan, disini Tafsir Tarbawi berperan untuk mengkaji dan menjelaskan seputar ayat pendidikan.

Pendidikan di Indonesia sebenarnya telah banyak mengalami pembaharuan, semata-mata agar pendidikan tetap relevan dengan segala kebutuhan manusia. Menjadikan urgensi dalam peningkatan mutu pendidikan terkhusus pada kualitas tenaga pendidiknya, agar manusia mampu mempertahankan hidup atau dapat menjadikan kehidupannya lebih baik lagi. Disini penulis ingin membahas tentang problematika pendidikan di Indonesia yaitu Urgensi Pendidikan Terhadap Kualitas Tenaga Pendidik Dalam Konteks Tafsir Tarbawi.

B. Problem Pendidikan Islam di Indonesia
Segala sektor dalam negeri tidak akan terlepas dari permasalahan, sekalipun dalam bidang pendidikan yang mana menjadi faktor penunjang kualitas sumber daya manusia nasional. Faktanya mau sebanyak apa pun sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, tidak akan berpengaruh pada pertumbuhan bangsa jika tidak dikelola oleh orang-orang yang tepat. Tanpa adanya pendidikan yang berkualitas, cita-cita menjadi negara yang maju hanyalah sebuah angan-angan.

Problematika pendidikan yang masih dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya kualitas tenaga pendidik. Menjadi urgensi pendidikan tersendiri apabila guru tidak mampu mengajar materi yang sesuai kompetensi masing-masing. Menurut Global Education Monitoring (GEM) Report 2016 oleh UNESCO, pendidikan di Indonesia menempati urutan ke-10 dan urutan terakhir untuk kualitas guru dari 14 negara berkembang. Selain itu, total guru meningkat secara signifikan, yaitu 382 persen atau 3 juta lebih pada sekitar tahun 1999 hingga 2000. Jumlah ini tidak sebanding dengan jumlah peserta didik yang berkisar 17 persen saja. Ditelaah lagi dari jumlah guru sebanyak itu pun, masih ada 52 persen guru belum mempunyai sertifikat profesi dan 25 persen yang belum memenuhi kualifikasi akademik.

Sejatinya pendidikan merupakan kultural transition yang bersifat dinamis ke arah perubahan yang berkesinambungan, sebagai sasaran pokok dalam membangun kebudayaan dan peradaban manusia. Pendidik merupakan aspek penting dalam pendidikan, karena Pendidik bertanggung jawab dalam keberhasilan peserta didik baik secara spiritual, intelektual, moral, maupun fisik peserta didik. Dalam tulisan ini penulis akan mengemukakan hal yang berkaitan dengan hakikat pendidik dalam perspektif pendidikan Islam berdasarkan literatur Tafsir Tarbawi, sebagaimana urgensi pendidikan terhadap kualitas Tenaga Pendidik.

C. Teori Untuk Analisis Problem Pendidikan Islam di Indonesia Berdasarkan Tafsir Tarbawi
Berdasarkan pengantar di atas, maka dapat dirumuskan bahwa kajian tentang Pendidik dalam Al-Qur'an sangat menarik untuk ditelaah. Penulis menggunakan pendekatan tafsir maudhu'i atau tafsir tematik yaitu suatu tafsir yang berusaha mencari jalan keluar dari masalah yang timbul seputar Al-Qur'an, tentang peristiwa baru dengan jalan menghimpunkan ayat-ayat yang berkaitan dengannya. Mari kita mulai dengan kajian pentingnya ilmu sebagai cikal bakal bagi Pendidik Muslim yang berkualitas.

Kata ilmu () yang terdiri dari huruf 'ayn, lam dan mim diartikan sebagai segala sesuatu yang menunjukkan kepada bekas atau yang memiliki keistimewaan. Pengertian ilmu secara istilah menurut al-Raghib al-Asfahan yaitu "Ilmu adalah mengetahui esensi dari sesuatu yang dari segi obyeknya terdiri atas dua, yakni pertama, mengetahui zat sesuatu; kedua, menetapkan sesuatu berdasarkan ada atau tidak adanya sesuatu yang lain." Al-Qur'an dan Sunnah mengajak manusia untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.
1. Pengertian Pendidik
Bentuk dari kata benda "Rabba" ini digunakan juga untuk nama Tuhan dikarenakan Tuhan bersifat mendidik, mengasuh, memelihara, masalah mencipta.

Artinya: Fir'aun menjawab: "Bukankah Kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) Kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama Kami beberapa tahun dari umurmu. (QS. Asy-Syura: 18).
2. Pendidik dalam Konteks Al-Qur'an
a. Murabbi

Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS. Al-Isra': ayat 24).
Istilah Murabbi sebagai pendidik mengandung tugas utama, sebagai berikut:
1) Memelihara dan menjaga fitrah anak didik jelang dewasa.
2) Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.
3) Mengerahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan.
4) Melaksanakan pendidikan secara bertahap.
b. Mu'allim

Artinya: Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS. Al Baqarah:151).
Berdasarkan ayat di atas, maka Mu'allim adalah orang yang mampu untuk mengajar serta mengkonstruksikan bangunan ilmu secara sistematis dalam pemikiran peserta didik dalam bentuk ide, wawasan, kecakapan, dan lainnya yang berkaitan dengan hakikat sesuatu guna mengantarkan peserta didik ke arah kesempurnaan dan kemandirian.
c. Mu'addib.
Secara etimologi Mu'addib berarti memberi adab, mendidik. Adab dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan tata krama, sopan santun, akhlak, budi pekerti. Secara terminologi Mu'addib merupakan seorang pendidik yang menciptakan suasana belajar peserta didik dengan berperilaku atau beradab sesuai dengan norma-norma, tata susila, dan sopan santun yang berlaku dalam masyarakat.
d. Mudarris
Secara etimologi istilah Mudarris artinya Pendidik, pengajar. Secara terminologi Mudarris adalah orang yang memiliki kepedulian intelektual dan informasi, serta berusaha meningkatkan pengetahuan dan keahliannya untuk menjadikan peserta didik cerdas, meminimalisir kebodohan, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
e. Mursyid
Secara terminologi Mursyid merupakan salah satu sebutan Pendidik dalam pendidikan Islam, yang bertugas membimbing peserta didik agar mampu menggunakan akal pikiran secara tepat dan mencapai kedewasaan berpikir. Mursyid berkedudukan sebagai pemimpin, penunjuk jalan, pengarah bagi peserta didiknya agar memperoleh jalan yang lurus.
3. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik dalam Perspektif Al-Qur'an
Pendidikan Islam bukan hanya pengajaran, namun lebih kepada membimbing nilai-nilai luhur agar peserta didik menjadi lebih baik. Bimbingan sesuai dengan tuntunan ajaran Islam, maka peserta didik mempunyai kesempatan besar dalam mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya. Berikut tugas Pendidik menurut Al-Nahlawi:
a. Tugas penyucian, Pendidik mengembangkan dan membersikan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjauhkan diri dari keburukan.
b. Tugas pengajaran, Pendidik menyampaikan berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya.
c. Pendidik memelihara shalat dan amal ma'ruf nahi mungkar.
d. Hendaknya melakukan yang disunahkan agama.
e. Hendaknya memelihara akhlak yang mulia.
f. Hendaknya mengisi waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat.
g. Selalu belajar dan tidak merasa malu menerima ilmu dari orang lain.
h. Hendaknya rajin, meneliti, menyusun dan mengarang dengan memperhatikan keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan.
4. Kode Etik Pendidik dalam Perspektif Al-Qur'an
a. Kode etik yang berhubungan dengan dirinya
1) Pendidik hendaknya insyaf terhadap pengawasan Allah.
2) Pendidik hendaknya memelihara kemuliaan ilmu.
3) Pendidik hendaknya bersifat zuhud.
4) Pendidik hendaknya tidak berorientasi pada dunia yang menjadikan ilmu sebagai alat untuk melihat kedudukan.
5) Hendaknya Pendidik menjauhi situasi yang mendatangkan fitnah.
b. Kode etik yang berhubungan dengan pelajaran
1) Sebelum mengajar harus suci dari hadats dan kotoran.
2) Sebelum keluar rumah berdoa terlebih dahulu.
3) Mengambil tempat yang dapat terlihat murid.
4) Sebelum mengajar terlebih dahulu membaca ayat dari Al-Qur'an.
5) Pendidik hendaknya mengajarkan bidang studi sesuai dengan hierarki nilai kemuliaan dan kepentingan.
6) Menjaga ketertiban majelis.
7) Menegur murid yang tidak sopan santun.
8) Bersikap bijak dalam melakukan pembahasan, penyampaian pelajaran dan menjawab pertanyaan.
9) Mengatur volume agar tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan.
10) Terhadap murid baru Pendidik hendaknya bersikap wajar dan menciptakan suasana yang membuatnya merasa sudah menjadi bagian dari kelas.
11) Menutup pelajaran dengan menunjukkan keikhlasan.
12) Tidak memberi pelajaran yang tidak dikuasainya.
c. Kode etik di tengah para murid
1) Mengajar dengan niat terhadap ridha Allah.
2) Tidak menolak murid yang tidak mempunyai niat lulus dalam belajar.
3) Mencintai murid seperti ia mencintai dirinya sendiri.
4) Memotivasi murid untuk menuntut ilmu.
5) Menggunakan bahasa yang dimengerti murid.
6) Melakukan evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar.
7) Bersikap adil terhadap muridnya.
8) Berusaha membantu memenuhi kemaslahatan murid baik kedudukan maupun hartanya.
9) Terus membantu perkembangan murid baik intelektualnya maupun akhlaknya.
5. Sifat-Sifat Pendidik Dalam Perspektif Al-Qur'an
Pendidik bukan hanya menerima amanat dari orang tua untuk mendidik, melainkan juga dari setiap orang yang memerlukan bantuan mendidik. Sebagai pemegang amanat Pendidik harus bertanggung jawab, sebagaimana firman Allah yang artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (QS. An-Nisa': 58). Maka Pendidik haruslah memiliki sifat mulia diantaranya:
a. Zuhud
Seorang Pendidik menduduki tempat yang tinggi dan suci, maka ia harus tahu kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai Pendidik. Mengajarlah dengan maksud mencari keridhaan Allah dan menyebarkan ilmu pengetahuan, bukan mengejar materi.
b. Kebersihan Pendidik
Seorang Pendidik harus bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwa, terhindar dari dosa besar, sifat riya' (mencari nama), dengki, permusuhan, perselisihan dan sifat lain yang tercela.
c. Ikhlas dalam Pekerjaan
Keikhlasan dan kejujuran seorang Pendidik merupakan jalan terbaik menuju suksesnya tugas dan peserta didiknya. Tergolong ikhlas ialah seorang yang kata dengan perbuatannya itu relevan dan seorang yang benar-benar alim ialah orang yang merasa malu harus menambah ilmunya dan menempatkan dirinya sebagai pelajar, sertai ikhlas terhadap muridnya dan menjaga waktu mereka.
d. Suka pemaaf
Pendidik harus bersifat pemaaf terhadap muridnya, sanggup menahan diri, menahan kemarahan, lapang hati, banyak sabar dan jangan pemarah karena sebab-sebab yang kecil.
e. Berkepribadian dan mempunyai harga diri
Seorang Pendidik memikirkan murid-muridnya sendiri seperti ia memikirkan anak-anaknya sendiri. Sistem pendidikan Islam inilah yang harus ditegakkan di zaman sekarang. Bahkan seharusnya Pendidik harus lebih mencintai muridnya daripada anak-anak yang berasal dari sumsumnya sendiri.
f. Harus mengetahui tabi'at murid
Pendidik harus mengetahui tabi'at bawaannya, adat kebiasaannya, rasa, dan pemikiran murid agar tidak kasar dalam mendidik peserta didik.
g. Harus menguasai mata pelajaran
Janganlah pelajaran itu bersifat dangkal, tidak melepaskan dahaga, dan tidak mengenyangkan lapar. Jadi, seorang Pendidik harus sanggup menguasai pelajaran yang diberikannya dan memperdalam ilmu pengetahuannya.
6. Hakikat Pendidikan dalam Al-Qur'an
a. Proses tranformasi dan internalisasi, yaitu upaya pendidikan Islam harus dilakukan secara bertahap, berkesinambungan, dan istiqomah, penanaman nilai, pengarahan, bimbingan kepada peserta didik dilakukan secara terencana, sistematis, dan terstruktur menggunakan pola, pendekatan, dan metode tertentu.
b. Cinta kepada ilmu pengetahuan, yaitu upaya dengan menambah dan menghayati ilmu pengetahuan yang berkarakter Islam (peran Pendidik sebagai khalifah fil ardhi berkaitan hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan hubungan dengan alam sekitar).
c. Nilai-nilai Islam, adalah nilai-nilai yang terkandung dalam praktik pendidikan harus mengandung nilai Insaniyah dan Ilahiyyah. Nilai ini berdasarkan dari sifat-sifat Allah Asmaul Husna yang terpancar menjadikan daya cipta, rasa dan karsa manusia yang tumbuh sesuai dengan kebutuhan manusia.
d. Pada diri peserta didik, maksudnya pendidikan ini diberikan kepada peserta didik yang mempunyai potensi-potensi rohani. Potensi ini memungkinkan manusia untuk dididik dan dapat mendidik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline