Kali ini kita akan membahas Teman Ahok bukan Ahoknya. Kita bahas berkenaan dengan sekumpulan anak muda yang sedang belajar atau bermain api politik mungkin untuk menunjukkan bahwa mereka meskipun masih terhitung remaja nan labil tetapi akan mampu mengusung seorang calon gubernur sendiri tanpa bantuan partai politik manapun. Lantas di mana letak arogannya?
Waktu Teman Ahok baru awal-awal berniat mengusung Ahok, Teman Ahok dengan sangat kurang ajarnya membuat karikatur melecehkan partai politik tertentu sehingga membuat parpol yang dituju murka. Padahal parpol ini sedari awal tidak pernah mengganggu keberadaan Teman Ahok, dengan alasan apa Teman Ahok dengan jumawa berani merendahkan parpol yang tak pernah mengusik keberadaan Teman Ahok. Kurang ajar Teman Ahok ini bukan sampai di sini saja.
Dengan sangat congkaknya Teman Ahok sesumbar kepada partai politik yang berniat akan mengusung Ahok diharuskan bersujud dulu di depan Teman Ahok dengan persetujuan Ahok dan melepaskan seluruh atribut keparpolannya. Masih ingat waktu Djarot Syaiful Hidayat yang Wakil Gubernur DKI akan bersedia melanjutkan pasangan ini maju sebagai Cagub dan Cawagub, Teman Ahok dengan kurang ajar yang selanjutnya meminta agar Djarot keluar dari partai politik yang didukungnya. Ini yang kemudian ditentang oleh Djarot, dia yang merasa dibesarkan oleh partai disuruh lepas begitu saja.
Inilah bentuk culasnya anak muda labil yang baru belajar berpolitik praktis dengan rasa PD yang berlebihan sangat mengecilkan dan melecehkan keberadaan partai politik dan sepertinya Kawan Ahok ini cemburu politik yang berlebihan terhadap partai politik yang dicurigai oleh Teman Ahok akan mengusung Ahok berpasangan dengan Djarot Syaiful Hidayat. Sampai-sampai Teman Ahok ini minta kepada Ahok agar mencari pasangan lain yang bukan berasal dari partai politik yang kemudian diketemukanlah Heru yang masih memegang jabatan eselon dua di Pemprov DKI.
Anehnya Ahok tak sedikitpun protes kepada Teman Ahok atau minimal mengingatkan kepada pendukungnya agar jangan berlebihan melecehkan terhadap parpol yang dituju. Bahkan belakangan Teman Ahok mengancam akan membuang KTP dan formulir dukungan apabila parpol yang pernah dilecehkannya akan mengusung Ahok.
Sebegitu antipatinya Teman Ahok ini terhadap partai ini, dan Ahok sendiri seperti kerbau dicocok hidung terhadap Teman Ahok yang tidak berani mengingatkan sedikitpun terhadap ulah Teman Ahok yang kelewat batas itu. Masih ingat Teman Ahok yang mewek-mewek karena merasa tidak dibantu KBRI Singapura waktu dicekal oleh Pemerintah setempat karena sudah tercium gelagatnya akan beraktifitas berbau politik di negaranya yang mana itu merupakan larangan sesuai undang-undang negara dimaksud.
Standar ganda.
Di samping Ahok sudah mendapat dukungan dua partai politik Nasdem dan Hanura, belakangan Golkar mulai ingin merapat ke kubu Ahok untuk mendukung bersama-sama dengan partai yang sudah lebih dahulu mendukung Ahok.
Ternyata beda perlakuan Teman Ahok kepada PDIP yang diserang dengan karikatur dan dilecehkan harus sujud dulu di depan Teman Ahok sebelum mendukung Ahok, tidak demikian dengan Golkar yang belakangan akan mendukung Ahok. Sepertinya Golkar diistimewakan dan diberi karpet merah oleh Teman Ahok, sampai-sampai dulu Teman Ahok sempat memandang negatif terhadap Partai Golkar karena banyak pengurusnya yang disinyalir terkena masalah hukum.
Setelah Golkar berniat mendukung Ahok tanpa keharusan untuk sujud terlebih dahulu lantas Teman Ahok memujinya bahwa Golkar adalah partai yang mengerti rakyat. Inilah yang namanya standar ganda. Perlakuan beda antara PDIP dan Golkar oleh Teman Ahok. Sepertinya Teman Ahok tidak berani jual mahal lagi kepada Golkar, mungkin efek dari undang-undang pemilu yang kemungkinan akan memberatkan verifikasi virtual terhadap KTP dukungan kepada Ahok.
Pesan yang ditujukan kepada Teman Ahok dari artikel ini, janganlah jumawa terhadap siapapun apalagi anak-anak muda yang baru belajar berpolitik ini mungkin suatu saat membutuhkan dukungan dari siapa saja termasuk dari partai politik.