Lihat ke Halaman Asli

Wisata Sumbar, Indah Saja Tidak Cukup (2)

Diperbarui: 25 Agustus 2015   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aktivitas pariwisata Sumbar (Sumatera Barat) telah memberikan dampak signifikan bagi perekonomian masyarakat, tak kurang dari Rp 7,2 triliun dana segar beredar di provinsi ini selama periode tahun 2014...

Gambaran optimis serupa bisa dilihat dari kontribusi sektor pajak hotel dan restoran terhadap PAD 19 kabupaten kota di Sumatera Barat, Tahun 2012 jumlahnya Rp.56.762.304.897 dan tahun 2013 naik menjadi Rp.69.117.169.321. Tahun 2015 diprediksi akan lebih tinggi lagi, karena jumlah hotel dan rumah makan, serta wisatawan yang datang, juga terus meningkat.

Dari tingginya minat investor untuk menanamkan uangnya di sektor kepariwisataan, misalnya, di bidang perhotelan, terlihat pertumbuhan yang sangat dinamis. Tahun 2012 jumlah hotel di Sumatera Barat tercatat 293 unit, dengan jumlah kamar 6.318. Tahun 2013 jumlahnya menjadi 312 dan 7.236. Kini di tahun 2014 yang masih berjalan (Oktober) jumlahnya sudah 339 dan 7.799. Sampai akhir tahun 2014 diperkirakan jumlahnya masih akan terus naik, karena saat ini masih ada hotel yang sedang dalam tahap pembangunan.

Semua ini mencerminkan sektor pariwisata merupakan sektor andalan yang sangat signifikan kontribusinya bagi pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat.

Potensi dan Gangguan

Industri pariwisata di mana-mana selalu terkait dengan semua yang baik, misalnya keindahan, keramahan, kemudahan, keunikan, kesopanan, kesantunan, eksotisme dan semacam itu.

Bahkan walau obyek, event atau atraksi wisata tersebut tergolong ekstrim dan mengerikan, seperti Catacomb of Paris yang berisi 6 juta tulang dan tengkorak manusia; atau ladang pembantaian Choeung Ek di Phnom Penh, Kamboja yang berisi ratusan ribu tengkorak manusia korban keganasan rezim Pol Pot; atau kamp Auswitch Birkenau yang menyisakan jejak-jejak kebiadaban Hitler, pimpinan Nazy Jerman, semua ditata rapi dan dilengkapi permainan tata cahaya lampu agar terlihat indah dan menarik dipandang mata.

Dari situ pula kita paham mengapa Lubang Mbah Soero yang sebetulnya sangat mengerikan dan penuh nuansa mistik bisa disulap menjadi salah satu daya tarik wisata Sawahluto. Keindahan, itulah intinya.

Pariwisata yang ditampilkan dengan ‘wajah’ yang berbeda atau bertolak belakang dengan semua kebaikan dan keindahan tadi diyakini tak akan mendapat tempat, kecuali di kalangan penyuka segala keburukan dan mereka yang tak serius menjadi bagian dari industri pariwisata.

Negara-negara yang telah menjadikan pariwisata sebagai sektor penting bagi perekonomian umumnya memiliki konsep pariwisata yang jelas. Indonesia misalnya, memiliki Sapta Pesona atau 7 panduan perilaku yang harus meresap ke aliran darah setiap warga negara Indonesia jika ingin mendapatkan multi manfaat dari aktivitas pariwisata.

Sayangnya sejak dicanangkan tahun 2001, sampai saat ini Sapta Pesona belum begitu meresap dalam kesadaran banyak orang, kecuali di Bali, Yogyakarta dan sebagian Jakarta. Beberapa destinasi wisata utama lainnya di Indonesia masih terganjal oleh perilaku-perilaku buruk yang tak berdampak konstruktif bagi pertumbuhan dan perkembangan pariwisata nasional. Sumatera Barat misalnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline