Lihat ke Halaman Asli

Tanah Abang, tak Kunjung Lengang (13)

Diperbarui: 15 Agustus 2015   11:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pusat Grosir Tanah Abang terbagi dalam beberapa blok besar, A, B, C, G, F1, F2, F3, Auri dan PGMTA, Auri khusus grosir bahan-bahan dasar langsun dari pabrikan...

Fenomena menarik lainnya dan khas Tanah Abang adalah Pasar Tasik, pasar yang diciptakan oleh pedagang garmen--terutama busana muslim--dari Tasik Malaya, Jawa Barat ini telah mejadi trade mark sendiri di PGTA, terutama karena hampir semua pedagang dalam blok dan para PKL Tanah Abang berbelanja pada mereka.

Pasar Tasik awalnya memang bermula di Jl. Jati Baru depan Stasiun Tanah Abang. Dalam perkembangan selanjutnya pasar ini berkembang ke Jl. Kebon Jati dan Jl. Jati Bunder di sisi selatan Blok F dalam bentuk moko (mobil toko). Dari sini Pasar Tasik berkembang sampai ke Lantai 5 Thamrin City Jl. H. Mas Mansyur dan lapangan parkir Yayasan Haji Naum di jalan yang sama, serta di lahan parkir Lantai 6 Blok F1.

Namun yang bermula di Jl. Jati Baru berkembang juga ke dalam ke wilayah RW 01 Jati Baru, Kelurahan Kampung Bali. Mereka memilih menyewa kios-kios yang dibangun penduduk setempat--kebanyakan dimiliki H. Abraham Lunggana, alias H. Lulung, Wakil Ketua DPRD DKI dari PPP--Rp 23 juta per meter persegi per tahun. Apa yang dimulai tahun 1990-an itu berkembang terus sampai akhirnya menjadi kumpulan pertokoan yang lumayan banyak, sampai memenuhi 15 ruas jalan yang ada di Jati Baru. Kios-kios di 15 ruas jalan ini mengular ke mana-mana, ada yang keluar di Jl. Jati Baru depan Stasiun Tanah Abang, ada yang di Jl. Kebon Jati depan Blok G, ada pula yang di Blok F dan ke Kolong, bawah jembatan layang ke Kemanggisan, Jakarta Barat.

Sesudah penertiban 11 Agustus 2013, Pasar Tasik Jati baru ikut mengalami perubahan, tapi tidak banyak dan lebih bersifat reaktif saja terhadap penertiban di jalan-jalan protokol Tanah Abang. Misalnya, armada mobil toko (moko) pedagang Tasik dari Tasikmalaya kini juga dibuka di lahan parkir Lantai 5. 6, 7 Blok F1. Mereka buka dari pukul 04.00 sampai pukul 12.00 WIB.
Di Jl. Jati Baru X misalnya, di depan Gereja Bethel Injil Sepenuhnya (GBSI) semua selokan ditinggikan dan ditutup dengan papan berukuran 7 X 2 meter, 5 X 2 meter atau 3 X 2 meter, lalu disewakan Rp 7 juta per meter persegi per bulan atau Rp 84 juta setahun untuk menampung para PKL yang tak kebagian kios di Blok G atau memang sengaja membandel karena tak yakin dagangannya laris terjual di Blok G.

[caption caption="Konsumen berburu busana muslim di Pusat Grosir Tanah Abang, kebanyakan produksi Tasik Malaya dan China"][/caption]

Jelang lebaran jangan coba-coba nekad ke sini, karena macetnya gila-gilaan, 15 ruas jalan yang hanya dilewati pejalan kaki itu stag di mana-mana, benar-benar tidak bergerak. Tapi karena namanya Pasar Tasik, calon pembeli sudah tahu kalau harga produk garmen di sana—yang umumnya didominasi busana muslim untuk kelas menengah ke bawah—sangatlah miring, akibatnya pengunjungnya tetap saja membludak. Mereka datang dari mana saja, terutama dari kawasan pinggir Jakarta, termasuk dari kota-kota satelit ibukota seperti Bogor, Bekasi dan Tangerang. Ada juga yang dari Cilegon, Serang dan Merak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline