Lihat ke Halaman Asli

Yang Janggal di Balik Mogok Jual Daging

Diperbarui: 12 Agustus 2015   12:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang pedagang tengah menarik sapi yang baru dibeli untuk dinaikkan ke kendaraan bak terbuka di Pasar Hewan Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Senin (10/8). Menjelang hari raya Idul Adha yang tinggal beberapa pekan lagi, harga sapi di Malang naik rata-rata 5 persen. (KOMPAS/DEFRI WERDIONO)

Tak terasa sampai juga kita ke hari Rabu tanggal 12 Agustus 2015, atau hari terakhir pemogokan terorganisir para pedagang daging. Walau Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (ADSI) mengancam akan memperpanjang aksi mogok sampai batas waktu yang tidak ditentukan jika harga daging tak juga turun, tapi tampaknya badai tensi mulai mereda.

Saya tak begitu teratur makan daging, tapi sangat suka daging sapi. Jadi, mau tak mau mogoknya para pedagang daging ini sedikit banyak mengganggu kenyamanan saya juga. Maka saya mulai memelototi berita-berita seputar pemogokan pedagang daging ini.

Kabar terakhir yang saya dengar adalah presiden mensinyalir ada yang mempermainkan pasokan daging di pasar. Saya juga dengar Kapolri mengumumkan adanya 7 perusahaan pengimpor daging yang terindikasi terlibat mafia dan kartel daging. Juga tentang rencana pemerintah untuk mengimpor sendiri 50.000 ekor sapi untuk menstabilkan harga dan melakukan operasi pasar agar konsumen tetap bisa membeli daging dengan harga terjangkau.

Konon kabarnya seluruh aksi mogok ini dilakukan untuk memprotes pembatasan impor daging sapi oleh pemerintah, yang berakibat hilangnya banyak keuntungan para importir daging yang selama ini mereka nikmati.

Saya yakin yang kehilangan bukan hanya para importir daging atau sapi potong, tetapi juga banyak oknum pejabat terkait yang bertali-temali dengan aktivitas impor daging atau sapi potong ini. Gerombolan oknum ini pastilah sangat kesal terhadap aksi pembatasan impor pemerintahan Jokowi – JK.

Karena itu saya mulai melihat ada yang janggal dari pemogokan para pedagang daging ini. Pertama, katanya mereka mogok karena harga jual daging dari RPH mahal, sehingga mereka harus menjual dengan harga yang lebih tinggi ke pembeli, yang berakibat kepada menurunnya daya beli konsumen.

Kedua, mereka jga mogok karena pemerintah membatasi impor sapi potong yang menyebabkan pasokan sapi potong ke RPH tersendat dan pasokan daging dari RPH berkurang drastis.

Ketiga, mereka mencoba mengorganisasi pemogokan massal, tapi ternyata hanya diikuti pedagang daging di beberapa kota saja, antara lain Jakarta, Bandung, Bogor, Bekasi, dan beberapa lagi. Umumnya di Pulau Jawa—itu pun segelintir saja--karena tak ada aksi serupa terdengar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Ambon, dan Papua.

Keempat, hari untuk aksi mogok mereka tentukan, kalau tidak salah dari Sabtu (8/8) sampai Selasa (12/8).

Kelima, mereka melakukan sweeping ke beberapa pasar dan memaksa pedagang daging yang berani berjualan untuk menghentikan aktivitasnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline