Lihat ke Halaman Asli

Reuni, Berjuta Enaknya

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Reuni, sungguh sebuah kata yang tak asing. Kalau nggak salah artinya pertemuan kembali setelah sekian lama terpisah. Makna lainnya menyatu kembali, meski tidak untuk selamanya atau ada kemungkinan terpisah lagi. Yang jelas hampir semua kita pernah menjalaninya, terutama di zaman fb, twitter, bbm, ym ini, ketika teman-teman seperti selalu ada di samping kita. Bagi banyak orang, reuni dimaknai sebagai pertemuan berkala dalam kurun waktu-waktu tertentu, misalnya 10, 20, 30 tahun atau lebih lagi, tapi bagi kami alumni SMA 1 Padang tamatan 82, reuni bisa berlangsung setiap hari! Tak harus menunggu betahun-tahun. Awalnya memang puluhan tahun juga. Saya yang sejak tahun 2008  bekerja di Padang (Sumbar), meski tinggal di Pekanbaru (Riau), dipertemukan kembali dengan teman-teman SMA saya oleh facebook (terima kasih Mark).  Sebelumnya sih telah dipertemukan juga oleh hp dan email, tapi facebook memang luar biasa, kita seperti menemukan kembali teman kita seutuhnya, lengkap dengan anak. istri atau suaminya. Dari komen ke komen, dari chat ke chat akhirnya berujung ke copy darat. Saya yang sebelumnya selalu balik ke Pekanbaru begitu kerjaan selesai, kini jadi betah di Padang, karena ternyata masih ada 79 teman SMA dan sekitar 50 teman SMP di kota itu. Entah berapa pula teman SD dan TK. Walaaah. Tak ada momen khusus reuni, karena apa saja kami jadikan alasan untuk bertemu dan berkumpul bersama. Misalnya undangan makan siang dari seorang teman. Dihadiri sekitar 10 sampai 20 orang, lalu foto-foto dan ceritanya di-upload ke fb. Besoknya foto dan status itu panen komentar, dari teman-teman lain di kota yang sama atau kota, bahkan negara yang lain. Nadanya iri bercampur rindu, tentu saja. Kali lainnya makan siang dan nyanyi bersama, tanpa banyak cingcong, kami kumpul duit, lalu cari rumah teman yang bersedia untuk tempat kumpul-kumpul. Hasilnya yang datang makin ramai, foto-fotonmya upload lagi di fb, heboh lagi...Makin besar keinginan untuk bertemu. Kami yang jumlahnya sekitar 400 orang satu angkatan dan telah bertebaran entah di mana,  tiba-tiba saja jadi merasa dekat lagi, intensitas komunikasi meningkat cepat, tukar menukar foto, info, data apa saja, dan pin BB makin sering terjadi, ujung-ujungnya terbentuk group komunitas tersendiri di fb, dan kini sudah mencapai 200 teman SMA yang terhubung serta saling berkomunikasi kembali. Reunian kami tidak lagi harus dibatasi hari-hari tertentu. Momen apa saja kini menjadi alasan untuk bertemu. Misal, ada teman sakit dan dirawat di rumah sakit pasti bezoek bersama-sama; ada teman atau keluarga teman yang meninggal, melayat lagi bersama-sama; ada teman yang ngadain pesta apa saja; buka bersama; halal bil halal, kawinan pasti digeruduk lagi ramai, ramai. Yang jadi penting bukan saat membezoek, melayat, menghadiri kondangan, bukaan atau halal bi halal  itu, tapi kumpul-kumpul sesudahnya. Ada-ada saja yang diceritakan seperti tak habis-habisnya, mau bubaran rasanya berat sekali, seakan ingin bersama terus seperti di sekolahan dulu. Asyiknya reunian itu, tak ada yang peduli kamu itu sekarang siapa, dan tak ada pula yang sok pamer kekayaan, pangkat atau jabatan, semua seperti kembali menjadi anak SMA dengan kelakuan masing-masing. Padahal mereka semua sudah menjadi pengusaha sukses, pejabat tinggi atau pemimpin daerah, memang ada juga yang masih kere, tapi tak ada yang peduli atau mempermasalahkan, karena teman adalah teman apapun dia adanya. Namun, apapun hal di dunia ini, pasti selalu punya dua sisi. Sebanyak yang menyambut baik, sebanyak itu pula yang sinis. Terutama para istri atau suami pecemburu. Apalagi kalau ada teman yang berstatus single parent. Berteman di fb dengan dia akan selalu membuat pasangan curiga, apalagi kalau ketemuan, walaah. Muka pasangan bisa ditekuk seperti panekuk gosong. Meski begitu, kami berhasil membuat dua teman kami yang  sudah kehilangan pasangan lamanya bersatu dalam pernikahan yang baru, sehingga dua teman kami kini tak lagi menyandang status single parent yang bikin miris itu. Jadi begitulah, bagi saya reuni itu sangat mengasyikkan dan berjuta enaknya, karena memang tak ada yang lebih menenangkan selain teman-teman lama yang sudah sangat mengenal kita. Kita merasa sangat nyaman berada di tengah mereka.. [caption id="attachment_141056" align="aligncenter" width="380" caption="ketemu lagi setelah 30 tahun berpisah"][/caption] [caption id="attachment_141068" align="aligncenter" width="3008" caption="Foto bersama lagiii"][/caption] [caption id="attachment_141072" align="aligncenter" width="3008" caption="Serasa kembali jadi anak SMA"][/caption] [caption id="attachment_141074" align="aligncenter" width="814" caption="Siapa saja, kapan saja, di mana saja, kumpuuuul"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline