Lihat ke Halaman Asli

Memuja Tarian

Diperbarui: 2 Mei 2018   03:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tubuhmu liuk liuk

Perihal menyentuh aku memang  fasih

Entah sudah berapa banyak, namun kau yang paling bisa menjebak

Di antara basah peluhmu yang hangat melewati lengan, aku mencoba meraih kewarasan meski kau menghimpitku dengan rintihan

Aku sibuk gemetar meski masih bisa bergerak liar, menguasai tubuhku yang nyaris limbung oleh lilitan tubuhmu dan desah yang tak terarah

Aku membiarkanmu menari nari, berpindah posisi, melumat bibirku dengan rapi, lalu mengakhirinya dengan mencium mesra kedua pipi

Kau katakan dengan pelan, membuat jakunku naik turun, lebih menggigil dari dua detik yang lalu, kurapatkan mataku saat kau bilang " Mas, Nyonyahmu datang lima menit lagi

Aku masih bisa melihatmu yang terburu buru menebalkan gincu di depan cermin, memberiku senyuman selamat tinggal, membiarkan jendela kamar terus terbuka hingga handel pintu di depanku bergerak pelan

Istriku datang.

-

Malang

21.01 Tuesday 1 May 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline