`
Pagi ini ada aura optimisme akan kurs Rupiah terhadap US Dollar. Pasca diumumkannya Paket Ekonomi tahap II, Kurs Rupiah naik sedikit menjadi Rp 14,667 per US Dollar dari Rp 14,690.5 saat penutupan kemarin. Artinya optimisme yang semu karena hanya menguat di Rp 23,5 saja. Secara persentase penguatan ini hanya 0,1%, sangat tidak signifikan.
Jadi, musti direm 'euphoria' semu ini. Semua harus realistis menjelang akhir pekan ini ada kemungkinan sebaliknya. Dan bagi pemerintahan Jokowi beserta jajaran hingga ke daerah saatnya meningkatkan kewaspadaan bila kurs menembus angka psikologis Rp 15,000, karena setelah itu ramalan pesimis akan nasib Rupiah yang bakal anjlok ke angka Rp 16,800 per Dollar bisa-bisa menjadi kenyataan pahit.
Sekiranya disadari bahwa pelemahan Rupiah yang tak kunjung berhenti ini adalah imbas dari faktor psikologis maka resep obatnya pasti pemerintah harus mengubah persepsi masyarakat dengan menunjukkan kinerja. Apa misalnya: tolong pejabat-pejabat yang bukan pengusaha agar ramai-ramai berhenti jadi spekulan Dollar. Tolonglah lepas simpanan apalagi simpanan haram US Dollar demi negara dan bangsa. Janganlah sesama pejabat juga politisi sibuk mencaci Jokowi namun ternyata juga berprofesi menjadi pedagang valas.
Mungkin gerakan ala Tutut di tahun 1997-1998 dengan 'GETAR' gerakan cinta rupiah bisa dimulai dengan contoh keteladanan kongkrit.
Bila tidak demikian, maka cerita tentang Rupiah akan semakin menguatirkan alih-alih menguat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H