Lihat ke Halaman Asli

Eky Pitung, Pahlawan Kesiangan?

Diperbarui: 24 Agustus 2015   13:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

 

Ada seorang yang merasa tokoh pemuda bernama M. Rifky alias Eky Pitung yang menjadi buah bibir di media sosial bahkan situs berita bergengsi seperti Kompas.com ikut memuatnya.

Alkisah, Eky Pitung, mengaku sebagai kuasa warga Kampung Pulo dalam membela warga gusuran bantaran kali itu. Padahal dia sendiri tidak berdomisili di Kampung Pulo. Menurut pengakuannya, dia ber KTP Jatinegara namun mukim di Rawabelong.  Hebatnya Eky Pitung ini saat terjadi gusuran kali lima PKL Tanah Abang juga tampil di garis depan membela mati-matian demi masuk TV.

Seyogyanya, yang merasa tokoh pemuda ikut berjuang mengentaskan nasib penghuni kawasan liar ini agar mau naik kelas hidup tertib di Rusun. Jika dibiarkan hidup di girli-pinggir kali dan berperilaku kurang terpuji membuang sampah dan hajat ke Kali Ciliwung hingga abad ke 21 berakhir kelak, maka berdosalah orang-orang yang merasa tokoh seperti ini. Standar kehidupan kurang layak yang hendak diubah-di'upgrade' oleh Koh Ahok dengan menempatkan mereka di Rusun malah disabotase melulu.

Alasan dia mau membela korban gusuran itu karena warga mengenalnya sebagai sosok yang dekat dengan sejumlah orang di pemerintahan provinsi DKI Jakarta. Sekarang lebih baik dibuka saja, dengan siapa saja pejabat pemprov DKI yang hubungannya dekat?, kalau dengan haji Lutung eeh Lulung saja dia punya hubungan karib, itu rancu, karena haji Lulung sama sekali bukan pejabat di pemprov DKI Jakarta. Akan tetapi jika dia dekat dengan penghambat kebijakan atau perongrong era Jakarta Baru akan menjadi sangat nyata terkonfirmasi.

Bukan rahasia lagi, semua penghambat penertiban di DKI Jakarta adalah pihak-pihak yang mengambil keuntungan komersial dari kesemrawutan. Misalkan kaki lima dikapling-kapling lalu dijual ke PKL dengan setoran masuk ke kocek pribadi. Kemudian bantaran kali di Kampung Pulo yang merupakan tanah negara dikapling-kapling dan dibuat kontrakan. Mereka inilah yang paling lantang menolak pindah ke Rusun. Keuntungan dari menyewakan kontrakan akan sirna dengan langkah sapu bersih Koh Ahok. Mereka lalu menghasut agar warga lain menolak dan bertindak anarkis.

Orang-orang demikian, suka merasa hebat, merasa menjadi Pahlawan, padahal sejatinya hanya pecundang alias Pahlawan Kesiangan.

 

 

 

 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline