Perkara hati siapa yang paham? Hanya Tuhan, bukan...
Aku yang dititipkan untuk menjadi pemiliknyapun sering kebingungan, kewalahan, dan hampir menyerah.
Aku tak mengerti apa maunya, hari ini begini, besok begitu. Jangankan menunggu berganti hari, sekarang begini, dalam sekejappun bisa berubah.
Bukannya aku tak berusaha untuk menaklukkannya. Hanya saja, bukan kapasitasku untuk selalu bisa membuatnya jinak. Aku mencoba untuk selalu memberinya sibuk, agar tak ada waktu untuk menyibukkan diri. Tapi tetap saja aku kecolongan.
Hati wanita siapa yang paham?
Seperti membalik telapak tangan, semudah itu jatuh hati dan patah. Seperti mengasini lautan, sebodoh itu memberi tanpa tujuan. Seperti menenun kain disiang hari lalu merusaknya dimalam hari, dia bersenang-senang dengan hayalnya menanti waktu untuk disakiti kenyataan.
Sudah lelah aku ingin menyerah dengan rutinitas absurd ini!
Sudah berlalu aku ingin segera lupa dengan kisah lalu kemarin...
Aku benci
Poem by a little bit of Mega
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H