Lihat ke Halaman Asli

Mega Widyastuti

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Kehilangan Hidup

Diperbarui: 29 Januari 2024   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kehilangan. (Shutterstock/Chepko Danil Vitalevich)

Semua orang pernah merasa bahagia saat masih kecil. Masa masa penuh ambisi dan mimpi dalam ketidaktahuan hidup. Tak peduli tentang bagaimana cara menggapainya, semangat hidup selalu berkobar bak api abadi.

Aku rindu semangat itu. Usiaku 20an saat ini dan sering termenung menanti semangat hidup berkenan untuk menetap (lagi).
Aku sadar hidup ini sulit dan penuh dengan kebingungan. Moralitas yang dibekali guru nyatanya hanya tameng untuk tetap menjadi manusia baik.
Aku rindu saat takada hormon jatuh cinta dalam tubuhku. Semuanya terasa indah dan menyenangkan. Semuanya terasa penuh ambisi dan ketulusan.

Aku benci. Aku benci kondisi tak berdaya. Aku benci ketika tak mampu mengendalikan hormon dalam tubuhku sendiri. Aku benci ketika hormon itu mengambil alih seluruh perhatianku dan menghancurkan rencana hidupku perlahan. Aku juga benci ketika hormon itu mengalungkan beban ke seluruh tubuhku dan membatasi gerak. Membuat seluruh badan sakit tanpa tahu apa penyebabnya.

Aku hidup
Aku masih hidup
Tapi aku kehilangan hidupku sendiri

Poem by a little bit of Mega

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline