Masa dewasa awal merupakan masa peralihan dari remaja menuju dewasa. Hampir sama seperti peralihan pada masa anak-anak menuju remaja, individu pada masa dewasa awal biasanya akan merasakan berbagai dinamika resiliensi untuk bertahan hidup.
Bedanya, ketika peralihan masa anak-anak menuju remaja individu cenderung masih didampingi oleh pengasuh atau orang dewasa, atau dengan kata lain pada masa ini individu cenderung bertugas untuk menemukan hal yang diinginkan dalam hidup, pada masa peralihan dari remaja menuju dewasa, individu cenderung menyelesaikan tugas perkembangannya seorang diri, dan tak jarang dalam proses peralihan ini individu mengemban dua atau tiga tugas sekaligus, yaitu untuk memperoleh jati diri, memperoleh penghasilan dan menemukan pasangan hidup.
Orang yang berada pada tahap ini biasanya dihadapkan pada kenyataan yang pahit, tidak sesuai ekspektasi, faktor kegagalan diluar prediksi, dan rasa kesepian yang mendalam.
Karena merasa sudah dewasa, individu pada tahap ini cenderung memendam banyak perasaan yang tidak mengenakan, impian yang diinginkan, rencana masa depan, ketakutan akan kegagalan, dan hal lain yang tidak terlihat atau belum terjadi dan hanya menyimpannya untuk diri sendiri.
Berbagai alasan yang mendasari hal tersebut yaitu karena takut mengecewakan orang yang disayang, takut mimpi yang dibicarakannya tidak terwujud, takut kegagalannya akan ditertawakan, takut diremehkan orang lain, dan merasa bahwa semua hal itu merupakan tanggungjawab dirinya sendiri. Apapun hasilnya, dirinya sendirilah yang harus menerimanya, bukan orang lain.
Latar belakang tersebutlah yang biasanya menjadi sumber kecemasan terbesar atau stimulus stress yang paling berpengaruh pada individu pada tahap peralihan menuju dewasa. Ditambah dengan adanya stereotip bahwa orang dewasa harus senantiasa terlihat bijaksana, tidak membebani orang lain, dan mandiri, hal tersebut menambah perasaan bahwa menjadi dewasa berarti benar-benar 'sendirian'.
Sebagian individu mungkin menilai bahwa orang dewasa berarti sendirian tidaklah tepat, mereka tetap berbagi pengalaman apapun kepada orang lain dilingkungannya demi mendapat pertolongan atau bantuan atau sekedar teman untuk berkembang. Namun, sebagian yang lain yang menilai bahwa orang dewasa berarti sendirian adalah ungkapan yang tepat, haruslah memiliki bekal yang cukup agar bisa bertahan dan berkembang dengan baik.
Oleh karena itu, saya ingin merekomendasikan 3 buku yang menurut saya isinya merupakan bekal yang cukup berarti untuk bisa stand out dan bersahabat dengan kedewasaan.
- 1. Mindset
Buku Mindset karya Prof. Carol S Dweck. Buku mindset akan membuat kita mengetahui 2 macam mindset yang umumnya ada pada diri individu, yakni growth mindset dan fixed mindset.
Dengan mengetahui perbedaan growth dan fixed mindset harapannya seseorang dapat memutuskan untuk menekan pola pikir fixed dan berubah menjadi pola pikir growth.