Lihat ke Halaman Asli

Mega Widyastuti

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Melawan Patriarki - Menuju Kesetaraan Hak

Diperbarui: 16 Maret 2023   12:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Alpha female, Alpha woman, Alpha girl, adalah label yang disematkan kepada wanita pejuang. Mereka memiliki karakteristik jiwa kepemimpinan yang tinggi, mandiri, berani mengambil resiko, memiliki ambisi untuk hidup yang ideal, cerdas, percaya diri, dan dominan dalam lingkup sosialnya.

Di Indonesia sendiri, awal mula perlawanan terhadap budaya patriarki dilakukan oleh para pahlawan wanita yang mampu membuktikan diri, bahwa wanita dan pria terlepas dari sexualnya merupakan makhluk yang sama. Sama-sama bisa berpikir kritis, bisa membuat keputusan, dan bisa memimpin. 

Namun nihilnya, perjuangan para pahlawan wanita dimasa penjajahan sampai awal kemerdekaan Indonesia belum mampu mengubah label untuk wanita dikalangan sosial masyarakat (eg. wanita itu dirumah, didapur, dikamar, tidak boleh berpendidikan tinggi, harus segera menikah). Parahnya lagi, bahkan sampai dizaman sekarang masih terdapat beberapa tempat yang masyarakatnya membuli wanita-wanita yang berkeinginan untuk berpendidikan tinggi, memiliki karir yang baik, dan sebagainya. Masyarakat yang membulinya menganggap bahwa keinginan tersebut melanggar kodrat sebagai wanita.

Feminisme dan Kodrat sebagai Wanita

Feminisme adalah sekelompok wanita yang memperjuangkan haknya untuk setara dengan laki-laki. Hak yang dimaksud adalah hak untuk memiliki mimpi dan memperjuangkannya, melepaskan diri dari aturan masyarakat yang mengekangnya, hak untuk berpendidikan setara dengan laki-laki, hak untuk mendapatkan gaji yang sama dengan laki-laki, hak untuk mendapatkan kesempatan yang sama besarnya dalam memperoleh jabatan dengan laki-laki, dan seteraan lain yang diperjuangkan. Namun, keinginan tersebut bukan berarti melawan kodrat sebagai wanita, sebagai seorang wanita para feminis tetap merasakan mestruasi, memiliki ukuran payudara yang lebih besar dari laki-laki, memiliki vagina, struktur kulit yang lebih tipis dari laki-laki, dan hal-hal lain yang sesuai dengan kodrat sebagai wanita.

Hingga kini, masih banyak para aktivis perempuan yang melakukan perjuangan untuk mengedukasi masyarakat tetang pentingnya kesetaraan gender (bukan melebihi). Semoga para aktivis perempuan mampu mencapai tujuannya. Demi Indonesia yang lebih maju dan sejahtera, kita harus menghapuskan budaya diskriminasi terhadap perempuan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline