Lihat ke Halaman Asli

Mega Widyastuti

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Ghostwriter dan Penulis Karya

Diperbarui: 16 Februari 2023   11:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seiring berkembangnya peradaban manusia, kebutuhan dan tuntutan hidup kian membebani individu. Ketidaksesuaian honor, jabatan, dan beban kerja dibidang akademisi membuat individu yang bekerja didalamnya harus memikirkan berbagai upaya untuk survive. Semakin bertambahnya waktu semakin bertambah pula jumlah manusia dibumi sehingga menyebabkan persaingan yang semakin ketat. Akhirnya berbagai upaya dilakukan oleh para akdemisi demi bisa bertahan dan naik jabatan.

Salah satu syarat untuk bisa naik jabatan diantaranya adalah dengan membuat berbagai jurnal penelitian yang tembus dijurnal nasional dan internasional. Tentu saja syarat tersebut sebanding dengan kenaikan jabatan yang akan diterima. Namun, untuk bisa membuat jurnal yang bisa tembus skala nasional dan internasional membutuhkan kinerja yang super ekstra karena sulit. 

Para akademisi yang masih memiliki moral dalam dirinya pasti akan berjuang dan bersabar dalam proses penelitian dan penyusunan jurnal. Namun tak bisa dipungkiri bahwa terdapat juga oknum-oknum yang ogah berjuang dan bersabar dalam proses penelitian dan penyusunan jurnal dan memilih untuk menggunakan 'jasa' kepenulisan dari Ghostwriter.

(Ghostwriter atau penulis bayangan adalah sebuah profesi yang sebenarnya sudah trend sejak dulu. Didalam Anime yang berjudul Violet Evergarden yang berlatar belakang pada masa perang di Eropa, jobdesk seorang Ghostwriter adalah untuk menulis surat pribadi, undangan, skrip teater, sampai menyalin buku yang mulai rapuh karena usia. Sebelum menjadi seorang Ghostwriter profesional yang dipercaya kredibilitasnya, seorang Ghostwriter harus menempuh pendidikan kepenulisan terlebih dahulu.)

MIRIS!

Jika kita tidak segera mencegah dan membasmi kelakuan para oknum tersebut bagaimana dengan masa depan pendidikan generasi penerus bangsa? Apa jadinya jika generasi penerus bangsa dididik oleh oknum yang melakukan pelanggaran moral dan mencoreng nama baik akademisi? Apakah pantas para oknum itu mendapatkan jabatan atas karya yang tidak dinikmati (ditulis) oleh dirinya sendiri? Merasa bangga atas pencapaian yang dilakukan oleh orang lain atas namanya sendiri.

"Kunci dari negara yang maju adalah pembangunan

Kunci dari pembangunan adalah pendidikan

Kunci dari pendidikan adalah guru"

Guru yang seperti apa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline