Lihat ke Halaman Asli

Mega Widyastuti

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Growth Mindset dan Karakteristik Keberfungsian Diri dalam Mengubah Makna Kegagalan

Diperbarui: 16 November 2022   20:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kegagalan merupakan pengalaman yang cukup menyakitkan dan membuat kecewa setiap individu yang mengalaminya.  Selain itu, kegagalan merupakan hal yang wajar terjadi dalam kehidupan. Kegagalan tidak memandang usia, siapapun bisa mengalami kegagalan. Bahkan, orang yang telah merencanakan tujuan dengan matangpun berpotensi mengalami kegagalan.

Menurut Carol S. Dweck, penulis buku Mindset, terdapat mindset untuk mengubah makna kegagalan yaitu Growth Mindset. "Mindset tumbuh benar-benar memungkinkan orang untuk mencintai apa yang mereka lakukan dan tetap akan mencintainya meskipun menghadapi berbagai kesulitan..." Growth mindset merupakan pola pikir yang menempatkan diri kita sebagai pengendali dalam hidup yang kita jalani. Alih-alih menjadi terpuruk dan mengalami depresi saat mengalami kegagalan, growth mindset memandang kegagalan sebagai persoalan yang harus dihadapi, dipecahkan, dan diambil hikmahnya.

Ada beberapa hal mendasar dalam pola pikir tumbuh untuk mengubah makna kegagalan, diantaranya yaitu:

Mengubah mindset 'Kesuksesan saya adalah kegagalan anda'. Hidup bukanlah sebuah kompetisi yang dimana hanya ada satu orang pemenang dalam satu sesi kompetisi. Dalam kehidupan, satu kompetisi bisa saja dimenangkan oleh banyak orang sekaligus karena standar sukses setiap orang itu berbeda. bagi seorang karyawan, memiliki penghasilan tetap bulanan merupakan kesuksesan, namun pencapaian tersebut bukan berarti seorang pembisnis tidak sukses karena memiliki penghasilan yang fluktatif setiap bulan.

Mengelak, Curang, dan Menyalahkan bukanlah resep untuk sukses. Orang bermindset tumbuh tidak akan membiarkan pengalaman gagalnya menjadi penentu nasib kehidupan. Ia akan menerima kegagalan yang menimpanya murni karena dirinya, bukan mencari kambing hitam untuk disalahkan atau faktor eksternal lain sebagai penyebab kegagalannya. Orang bermindset tumbuh juga tidak akan mencari orang lain yang bernasib lebih buruk dari dirinya demi menyelamatkan harga diri. Setelah menerima kegagalan, orang bermindset tumbuh akan berusaha memetakan kemungkinan kesalahan yang dilakukan, kemudian berusaha untuk mencari solusi untuk kesalahan tersebut, dan mencobanya lagi jika memungkinkan.

Semakin banyak hal buruk yang dirasakan, semakin tahu harus melangkah kemana. Orang dengan growth mindset memandang persoalan sebagai tantangan yang harus dihadapi. Mereka terbiasa dengan problem solving sehingga memandang masalah sebagai hal yang biasa namun tidak sedikitpun meremehkannya.

Pola pikir tumbuh yang dikemukakan oleh Prof. Dweck sejalan dengan teori Manusia yang Berfungsi Seutuhnya (The Fully Functioning Person) yang dikemukakan oleh Carl Rogers. Menurutnya, perkembangan yang optimal merupakan sebuah proses, bukan keadaan yang statis. Kehidupan adalah saat seseorang memiliki tujuan untuk memenuhi semua potensi yang ia miliki sepenuhnya secara terus-menerus. (Menjelajahi Diri Dengan Teori Kepribadian Carl Rogers, n.d.)

Beberapa karakteristik dari orang yang berfungsi sepenuhnya, yaitu:

1.  Terbuka terhadap pengalaman baru

Orang yang berfungsi sepenuhnya tidak bersifat kaku dan defensif melainkan bersifat fleksibel terhadap pengalaman baru dan menggunakan pengalaman tersebut untuk membuka kesempatan lahirnya persepsi dan ungkapan baru dalam hidup.

2.  Kebebasan memilih

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline