Lihat ke Halaman Asli

Immanuel Satya Dharma

Teknik Arsitektur UGM 2019

Menembus Dinding, Membinasakan Musuh Tubuh

Diperbarui: 25 November 2017   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita tentu sudah tidak asing lagi dengan kata darah, bukan? Secara garis besar, darah terbagi menjadi plasma darah dan sel-sel darah yang terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping-keping darah (trombosit). Selanjutnya, penulis akan menaruh fokus pada sel darah putih.

Sebagian besar dibentuk di dalam sumsum tulang merah, sel darah putih memiliki bentuk tidak tetap, memiliki inti, tidak berwarna, dapat bergerak secara amoeboid, dan memiliki kemampuan menembus dinding pembuluh darah yang dinamakan diapedesis. Dalam setiap 1 mm3darah, dapat ditemukan kurang lebih 8.000 sel darah putih. Fungsi dari leukosit ialah melindungi tubuh terhadap infeksi. Selain itu, sel darah putih juga bersifat fagosit. Leukosit melakukan gerakan memakan benda-benda asing penyebab penyakit yang masuk ke dalam tubuh dan juga membentuk antibodi untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit.

sel-darah-putih-5a192645c81c63655912d742.jpg

Gambar Berdasarkan bentuknya, leukosit dibagi menjadi neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit. Neutrofil, eosinofil, dan basofil masuk ke dalam kelompok granulosit. Monosit dan limfosit masuk ke dalam kelompok agranulosit. Perbedaan antara leukosit granular dan agranular terletak pada ada tidaknya granula atau butiran dalam sel. Selain itu, leukosit granular juga akan langsung menyerang ketika ada bakteri, parasit, jamur, atau patogen alergi. Sedangkan leukosit agranular sangat berbeda meski memiliki tujuan akhir sama.

Neutrofil merupakan leukosit yang memiliki komposisi paling banyak yaitu 50% hingga 60% dan tugas fagositosis kuat. Eosinofil yang menempati 1% sampai 3% darah putih bertugas melakukan fagosit juga, namun lemah. Basofil dengan komposisi 1% dari sel darah putih adalah penghasil histamin yang berfungsi untuk memperlebar pembuluh darah. Leukosit agranular terdiri dari limfosit dan monosit. Limfosit, komposisi 30% dari leukosit, terbagi lagi menjadi limfosit T yang berfungsi menekan antigen dengan menonaktifkan sel dan limfosit B untuk menghasilkan antibodi. Monosit yang menempati 3% sampai 8% sel darah putih berperan dalam fagositosis kuat.

Setelah membaca teori singkat mengenai sel darah putih tadi, mari kita lanjutkan perjalanan keingintahuan kita ke topik khususnya. Dengan pernyataan bahwa diapedesis hanya dapat dilakukan oleh kelompok leukosit yang tidak memiliki butiran sel (agranular), penulis akan membuktikan bahwa pernyataan tersebut salah. Nyatanya, leukosit granular yang terdiri dari Basofil, Neutrofil, dan Eosinofil juga dapat melakukan diapedesis.

Kembali lagi bahwa sel darah putih memiliki kemampuan untuk menembus dinding pembuluh darah yang dinamakan endotelium melalui celah antar endotel. Tujuan leukosit menembus dinding kapiler adalah untuk melakukan pertahanan tubuh terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh entah itu bakteri, antigen, patogen alergi, dan virus.

Saat terdapat antigen yang ditemukan oleh tubuh, tentu tidak semua leukosit langsung menyerang penyebab penyakit tersebut secara bersama-sama. Layaknya sebuah kerajaan yang sedang mendapat serangan dari kerajaan lain, tentu raja atau kaisar akan memerintahkan jenderalnya untuk memimpin pasukan melindungi kerajaan. Atau saat sedang memainkan sebuah permainan strategi, tujuan utama pemain adalah untuk memenangkan permainan dengan menghancurkan musuh. Sistem pertahanan tubuh kita juga memiliki taktik untuk melumpuhkan sang musuh, yaitu patogen.

Senjata pertama yang diluncurkan oleh sistem pertahanan tubuh adalah neutrofil. Neutrofil dipilih sebagai pertahanan pertama karena ialah yang berjumlah paling banyak, yaitu 50% sampai 60% dari leukosit dan juga yang paling kuat karena ia mampu melakukan fagositosis, menelan antigen dengan kuat. Bila neutrofil gagal menjalankan tugasnya, monosit akan diluncurkan karena memiliki sifat yang sama dengan neutrofil yaitu memusnahkan antigen dengan fagosit kuat. Yang ketiga adalah Basofil yang berfungsi menghasilkan histamin. Fungsi histamin ini adalah memperlebar pembuluh darah untuk meningkatkan aliran darah ke bagian yang sedang terluka, yang berarti proses pemusnahan antigen akan berjalan semakin cepat karena telah diberi akses lebih. Selain itu, basofil juga mengandung heparin untuk mencegah adanya penggumpalan darah.

Setelah basofil telah keluar, waktunya senjata yang dapat dikatakan paling ampuh, limfosit, menunjukkan dirinya. Limfosit ini juga tidak keluar secara bersamaan. Limfosit T (memory) akan dikerahkan terlebih dahulu. Limfosit T (memory) ini sengaja membuat tubuh merasakan sakit dahulu. Namun dibalik itu, limfosit T (memory) akan mengingat bagaimana rasa sakit tersebut. Setelah itu, pasukan kedua yang akan keluar adalah limfosit B (antibodi) dan membuat pertahanan tubuh terhadap patogen tersebut. Dengan begitu, jika ada patogen yang sama, tubuh akan dapat mengatasinya dengan mudah karena sudah mengetahuinya sebelumnya.

Perjuangan tidak berakhir hanya sampai di situ. Justru pada momen inilah, pejuang sebenarnya akan menunjukkan dirinya. Limfosit T (natural killer) adalah limfosit yang bisa dibilang paling kuat di antara limfosit lainnya. Penulis akan membuat analogi lagi, kali ini mengenai permainan strategi. Pasti pernah mendengar bahwa terdapat tokoh dalam game yang sangat tangguh, ketika ia menyerang musuh, sampai-sampai sekutu di sekitarnya terkena dampaknya. Limfosit T (natural killer) dapat dibilang mirip dengan tokoh tersebut. Bagaimana tidak, limfosit T (natural killer) akan langsung mengeksekusi patogen bakteri atau virus tersebut. Namun saking overpowered-nya, tidak hanya antigen yang akan dieksekusi, tetapi juga sel-sel yang berada dekat dengan antigen tersebut.

Oleh karena limfosit T (natural killer) yang perkasa sampai melakukan hal yang tidak diinginkan, harus ada pasukan lain sebagai penyeimbang, agar limfosit T (natural killer) tidak lagi ganas. Limfosit T (suppressor) adalah pasukan yang dibutuhkan saat ini. Sesuai namanya, suppressor, limfosit ini berfungsi untuk menekan atau membatasi kinerja dari limfosit T (natural killer). Dengan begitu, ketika antigen sudah dapat dilumpuhkan, limfosit T (natural killer) akan dinonaktifkan guna mencegah kerusakan tambahan pada sel-sel di sekitarnya pada masa penyembuhan ataupun kala tubuh sudah pulih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline