Lihat ke Halaman Asli

Izinkan Aku Bertemu Sekali Lagi

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku ingin bercerita padamu tentang Takdir dan Nasib, tentang takdir dan nasib yang membuat aku paham bahwa hidup ternyata hanya bisa dijalani tanpa bisa kita miliki sepenuhnya. Takdir dan nasib yang membawaku pada sebuah kesimpulan bahwa kadang-kadang kita harus kompromi dengan keadaan, dengan kenyataan dan dengan takdir itu sendiri. Aku ingin bercerita tentang seseorang yang berusaha melawan takdir dan nasibnya, tetapi menjalani hidupnya dengan mengalir bersama air. Kadang mulus dalam aliran, kadang tersangkut akar atau semak belukar. Dia menerima masa lalu buruknya tanpa harus dendam dan membenci siapapun. Dia ingin mengubah masa depannya, namun tidak tau jalan apa yang harus dilaluinya untuk menuju kesana. Aku pernah memiliki keinginan untuk menuntunnya atau bersama-sama menuju masa di depan itu, tetapi ternyata dia memiliki dunianya sendiri, dunia yang kadang-kadang tak tersentuh oleh pikiran juga logika-logikaku. Meski aku berusaha untuk menjadi paham dengan apa yang dilakukannya.

Aku ingin bercerita tentang malam dan hujan, dan seseorang yang berada di dalamnya terseret dalam arus deras yang membuatnya kemudian berfikir bahwa takdir memang benar-benar tak dapat dicegah dan dilawan dengan apapun. Dia hanya bisa melawan nasib dan berusaha membelok-belokkannya, tetapi dia tak kuasa melawan takdir, sebuah kenyataan dalam dirinya bahwa manusia bisa melakukan, tanpa bisa memastikan hasil akhirnya. Seperti halnya dirimu yang harus menerima takdir untuk menikah dengan orang yang mungkin tak terlalu kamu cintai, juga menerima takdir untuk mengikhlaskan orang yang benar-benar kamu cintai saat dia memilih untuk meninggalkanmu, seharusnya pengkhianatan satu orang yang tidak baik, tidak membuatmu kejam dengan mencurigai semua orang. Dan aku. Akupun tak mampu melawan takdir, ketika takdir mempertemukan kita, namun bukan untuk bersatu, aku harus ikhlas untuk menerima takdir itu tanpa menyalahkan siapapun.

Aku memanggilmu kekasih, tidak seperti laki-laki yang datang sebelum dirimu, aku memberikan panggilan khusus bagimu. Aku tidak tau apakah itu akan menjadi penting bagimu, tetapi aku sangat paham bahwa kehidupanmu yang tak teratur dan membingungkan bagiku membuatku harus memberikan ingatan khusus di pikiranku bahwa kamu memang berbeda dari laki-laki lain yang pernah kukenal. Aku tak peduli apapun, bahkan ketika semua orang tak percaya bahwa aku bisa jatuh cinta pada pria sepertimu, pria tak berhati, tapi aku tak peduli. Kamu adalah yang terpenting bagiku yang ingin aku bahagiakan. Selalu…

Kamu bercerita padaku tentang dirimu, keluargamu, masa lalumu, dan impianmu tentang kita. Aku sebenarnya marah mereka memperlakukanmu seperti itu, tetapi aku tidak melakukannya di depan mereka, toh mereka tak mengenalku, aku ingin katakan pada mereka bahwa aku benar-benar menginginkanmu dengan semua yang kamu miliki, bukan hanya sekedar kepemilikan tubuh, tetapi lebih dari itu, sesuatu yang tak kupahami bentuknya. Aku tak peduli dengan apa yang mereka katakan, aku hanya peduli dengan jalan hidupmu dan aku ingin mengatakan padamu bahwa aku benar-benar mencintaimu tanpa latar belakang apapun, kamu sangat berbeda dengan laki-laki lain yang kukenal, aku ingin mengenangmu lebih dalam dari sekedar percintaan di malam-malam yang dulu pernah kita lalui.

Aku selalu terkenang saat kamu memelukku, menciumku. Aku terpesona, aku benar-benar berharap suatu saat masalahmu selesai dan kita bisa merencanakan untuk sesuatu, untuk sebuah masa yang akan datang. Untuk kita berdua, untuk mewujudkan mimpi kita, mimpiku tentang kamu, tentang rumah kita dan tentangAnak-anak kita. Meski aku benar-benar tidak meyakini itu. Meski yang ada dalam pikiranku hanyalah harapan-harapan yang mungkin akan tetap menjadi harapan hingga pada akhirnya nanti. Tetapi, tetaplah kau kekasihku. Tetaplah datang dalam setiap keinginanmu tanpa pedulikan keinginanku apa. Aku bisa menerimanya, bisa menerima yang akan dan sudah terjadi diantara kita. Diantara pilihan-pilihan yang kemudian muncul dan meskipun itu benar-benar membingungkanku. Kau pasti tak percaya, bahwa aku selama ini tidak memiliki pikiran seperti itu, pikiran yang bagiku sangat tidak rasional. Pikiran yang selama ini tidak pernah terlintas dalam kehidupanku, menunggu laki-laki yang tak pasti? Bahkan mengatakannya sebagai kekasih.

Semenjak perpisahan kita 4 tahun lalu, kita tak pernah bertemu, tapi kadang kamu masih menelponku kamu akan bercerita tentang pekerjaanmu, tentang masa yang akan datang yang akan kita lalui bersama nanti, semua terasa bagai nyata, indah dan aku ingin mewujudkannya bersamamu. Kadang kamu menjadi sosok yang begitu manis, suaramu lembut, kamu berbicara tentang impian kita dimasa yang akan datang saat waktu telah merestui kisah kita. Mungkin aku salah, karena mencintaimu, mengingat kamu yang sudah tak sendiri lagi, tapi cinta tak pernah salah dan sejak kapan cinta memiliki pilihan.
Bukankah kita tidak bisa mengatur harus jatuh cinta pada siapa serta pada waktu apa?

Aku sangat merindukanmu setiap waktu..

Dikesempatan lain kamu akan bercerita tentang mantan kekasihmu yang paling kamu cintai,  kamu seakan tak sanggup menerima kenyataan atas perpisahan dengannya, setiap kali menceritakan tentang dia, kamu tak perduli bagaimana perasaanku. Aku seperti tak berarti apa-apa di hatimu.

****

Apa kamu masih ingat? Pada pagi buta saat kamu mengantarkanku pulang, hujan sangat deras, sebelum aku turun dari mobil, kamu meminjamkan aku topi untuk melindungi kepalaku dari air hujan itu. TOPI itu. Aku masih menyimpannya kadang-kadang aku menciumnya walaupun aroma badanmu yang sangat aku kenal sudah tak tertinggal disana, aku ingat. Topi itu bekas kamu pakai sebelum kamu berikan padaku, dan sampai hari ini aku tak pernah mencucinya. Sudah empat tahun, agar aku tak kehilangan bekas keringatmu yang mungkin masih melekat disana. Kuharap itu bisa menjadi pereda rinduku.

Akupun pernah memberikanmu topi berwarna hitam, tapi aku yakin. Topi itu pasti kamu campakkan begitu saja, sebagaimana kamu mencampakkan aku.

****

Aku masih duduk dilantai. Menebus jendela yang terbuka sementara matahari mulai condong ke barat. Kemudian tenggelam. Malam menjelang lagi kemudian sunyi lagi. Angin berhembus lagi dan air laut di tepi pantai kota itu hanya menjadi pemandangan yang samar. Aku tidak pernah bosan, selalu menunggu, mengingkari keputusasaan, melawan kesendirian dan kesepian.

****

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline